Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
Greetings from Bali Handicraft Product
Bali Handicraft Product proudly put forward Balinese hands skills that were unique with the newest design. All of our Bali Handicraft Products were made by the professional craftsman, by using only quality materials was highest. We were your Bali-Indonesia Handicraft partner, we were prepared to co-operate with the importer, the broker, and the distributor from all over the world. We offered the best quality, the best price and the price of bargaining handicraft we were negotiations where we guaranteed the cheapest price. If you were looking for the thing Bali Handicraft please was looked for by you at Bali Handicraft Catalogue, that was the source from various Bali Handicrafts and you would find.
* We manufacture Bali Handicrafts in separated family factory which is located in Ubud, Tegalalang, Gianyar, Yogjakarta, Lombok, and other Indonesian Island
* Our qualified quality control team will make sure all of handicrafts product are ready to ship worldwide with standard export quality
* Our Bali handicrafts product range from: accessories, sandal, bags, handbag, woodcarving, statues, primitives, instrument, candles, home ware, home decoration, gifts, airbrush creation, aroma therapy products, bali sterling silver jewelry, ceramic, gazebo, and furniture
Antusias adalah Mesin penggerak kesuksesan. Enthusiasme is one of the greatest power in our life. antusiasme adalah satu dari kekuatan terbesar dalam hidup kita. kenapa demikian? Oleh karena segala sesuatu yang sihadapi dengan sikap antusias mampu memancatkan keceriaan,bukan saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang-orang sekelilingnya.
Halaman
Hiap Chuan
www.steel.sg/Steel-StockistWe Provide Wide Range Of SteelAnda memberi ini +1 secara publik. Urungkan
Products. Call +65 6862 2421 Now!
21 September 2008
Benteng Vredeburg Yogyakarta
Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin dimana ditempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan HB I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta.
Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk menempatinya.
Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada tahun 1792.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan pembangunan kraton yang didirikan Sri Sultan HB I menimbulkan rasa kekhawatiran pada pihak Belanda sehingga diajukanlah usul untuk membangun sebuah benteng disekitar wilayah kraton. Dalih yang digunakan adalah agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi maksud sesungguhnya Belanda adalah untuk memudahkan melakukan kontrol perkembangan yang terjadi di kraton. Hal ini bisa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi ‘kekuatan’ yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas permintaan Belanda, Sri Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui dengan atap ilalang.
Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksi-nya menggunakan semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng Rustenburg berganti menjadi “Benteng Vredeburg” yang artinya “Benteng Perdamaian”. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.
Bentuk benteng tetap seperti awal dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Didalamnya terdapat bangunan-bangunan seperti rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Penghuni benteng sendiri pada waktu itu mencapai 500 orang prajurit termasuk petugas medis dan para medis.
Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini juga memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta karena kantor residen letaknya berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.
Seiring dengan perkembangan politik di Indonesia maka status kepemilikan Benteng Vredeburg juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal berdirinya benteng ini adalah milik Kraton walaupun dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC). Kebangkrutan VOC pada periode 1788-1799 menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda) dibawah Gubernur Van Den Burg sampai ke pemerintahan Gubernur Daendels. Ketika Inggris berkuasa maka benteng dibawah penguasaan Gubernur Jenderal Raffles. Status benteng sempat kembali ke pemerintahan Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang di bulan Maret 1942.
Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan HB IX Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara dan pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan Museum Perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggap 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi “Museum Perjuangan Nasional” dengan nama “Museum Benteng Vredeburg”
Karena telah difungsikan sebagai museum modern, Benteng Vredeburg memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan. Selain itu terdapat pula 4 ruang pameran minirama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Dengan penuturan pemandu yang jelas dan tidak membosankan niscaya keinginan anda untuk disegarkan kembali tentang perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan akan terpenuhi tanpa –lagi-lagi- merasa digurui.
Museum Benteng Vredeburg ini memiliki jam buka sebagai berikut :
Selasa-Kamis jam 08.30 - 13.30
Jumat jam 08.30 – 11.00
Sabtu – Minggu jam 08.30 – 12.00
Harga tanda masuk untuk dewasa Rp 750, anak-anak Rp 250 dan orang asing Rp 750.
Sumber: Pemandu wisata Benteng Vredeburg Bpk Seno dan Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg
Diambil dari : Navigasi.net
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo Abdul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatullah I. Sedangkan Kasuhunan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titah tersebut segera dibuka hutan beringin dimana ditempat tersebut sudah terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan HB I mengumumkan bahwa wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta.
Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk menempatinya.
Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan pada tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777. Dan akhirnya Bangsal Kencana selesai pada tahun 1792.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan pembangunan kraton yang didirikan Sri Sultan HB I menimbulkan rasa kekhawatiran pada pihak Belanda sehingga diajukanlah usul untuk membangun sebuah benteng disekitar wilayah kraton. Dalih yang digunakan adalah agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi maksud sesungguhnya Belanda adalah untuk memudahkan melakukan kontrol perkembangan yang terjadi di kraton. Hal ini bisa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi ‘kekuatan’ yang sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang, pada tahun 1760, atas permintaan Belanda, Sri Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut sebagai seleka atau bastion yang menyerupai bentuk kura-kura dengan keempat kakinya. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaning (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Menurut Nicolas Harting, benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, sedangkan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kaui dengan atap ilalang.
Ketika Nicolas Harting digantikan oleh W.H Ossenberch pada tahun 1765, diusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul tersebut dikabulkan dan selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Konstruksi-nya menggunakan semen merah, gamping, pasir dan batu bata. Menurut rencana pembangunannya akan selesai pada tahun itu juga tetapi pada kenyataannya proses pembangunan berjalan sangat lambat dan baru selesai pada tahun 1787, hal ini karena pada masa tersebut Sultan juga sedang giat-giatnya melakukan pembangunan Kraton Yogyakarta sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merubuhkan bangunan-bangunan antara lain Gedung Residen, Tugu Pal Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan lain. Seluruh bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Untuk Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai dibangun kembali, nama Benteng Rustenburg berganti menjadi “Benteng Vredeburg” yang artinya “Benteng Perdamaian”. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu.
Bentuk benteng tetap seperti awal dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Didalamnya terdapat bangunan-bangunan seperti rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Penghuni benteng sendiri pada waktu itu mencapai 500 orang prajurit termasuk petugas medis dan para medis.
Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini juga memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta karena kantor residen letaknya berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.
Seiring dengan perkembangan politik di Indonesia maka status kepemilikan Benteng Vredeburg juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal berdirinya benteng ini adalah milik Kraton walaupun dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC). Kebangkrutan VOC pada periode 1788-1799 menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda) dibawah Gubernur Van Den Burg sampai ke pemerintahan Gubernur Daendels. Ketika Inggris berkuasa maka benteng dibawah penguasaan Gubernur Jenderal Raffles. Status benteng sempat kembali ke pemerintahan Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang di bulan Maret 1942.
Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan HB IX Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara dan pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan Museum Perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggap 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi “Museum Perjuangan Nasional” dengan nama “Museum Benteng Vredeburg”
Karena telah difungsikan sebagai museum modern, Benteng Vredeburg memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan. Selain itu terdapat pula 4 ruang pameran minirama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Dengan penuturan pemandu yang jelas dan tidak membosankan niscaya keinginan anda untuk disegarkan kembali tentang perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan akan terpenuhi tanpa –lagi-lagi- merasa digurui.
Museum Benteng Vredeburg ini memiliki jam buka sebagai berikut :
Selasa-Kamis jam 08.30 - 13.30
Jumat jam 08.30 – 11.00
Sabtu – Minggu jam 08.30 – 12.00
Harga tanda masuk untuk dewasa Rp 750, anak-anak Rp 250 dan orang asing Rp 750.
Sumber: Pemandu wisata Benteng Vredeburg Bpk Seno dan Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg
Diambil dari : Navigasi.net
Bali Handicraft Product
Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
Greetings from Bali Handicraft Product
Bali Handicraft Product proudly put forward Balinese hands skills that were unique with the newest design. All of our Bali Handicraft Products were made by the professional craftsman, by using only quality materials was highest. We were your Bali-Indonesia Handicraft partner, we were prepared to co-operate with the importer, the broker, and the distributor from all over the world.
We offered the best quality, the best price and the price of bargaining handicraft we were negotiations where we guaranteed the cheapest price. If you were looking for the thing Bali Handicraft please was looked for by you at Bali Handicraft Catalogue, that was the source from various Bali Handicrafts and you would find.
Greetings from Bali Handicraft Product
Bali Handicraft Product proudly put forward Balinese hands skills that were unique with the newest design. All of our Bali Handicraft Products were made by the professional craftsman, by using only quality materials was highest. We were your Bali-Indonesia Handicraft partner, we were prepared to co-operate with the importer, the broker, and the distributor from all over the world.
We offered the best quality, the best price and the price of bargaining handicraft we were negotiations where we guaranteed the cheapest price. If you were looking for the thing Bali Handicraft please was looked for by you at Bali Handicraft Catalogue, that was the source from various Bali Handicrafts and you would find.
Greetings from Bali Handicraft Product
Bali Handicraft Product proudly put forward Balinese hands skills that were unique with the newest design. All of our Bali Handicraft Products were made by the professional craftsman, by using only quality materials was highest. We were your Bali-Indonesia Handicraft partner, we were prepared to co-operate with the importer, the broker, and the distributor from all over the world.
We offered the best quality, the best price and the price of bargaining handicraft we were negotiations where we guaranteed the cheapest price. If you were looking for the thing Bali Handicraft please was looked for by you at Bali Handicraft Catalogue, that was the source from various Bali Handicrafts and you would find.
Greetings from Bali Handicraft Product
Bali Handicraft Product proudly put forward Balinese hands skills that were unique with the newest design. All of our Bali Handicraft Products were made by the professional craftsman, by using only quality materials was highest. We were your Bali-Indonesia Handicraft partner, we were prepared to co-operate with the importer, the broker, and the distributor from all over the world.
We offered the best quality, the best price and the price of bargaining handicraft we were negotiations where we guaranteed the cheapest price. If you were looking for the thing Bali Handicraft please was looked for by you at Bali Handicraft Catalogue, that was the source from various Bali Handicrafts and you would find.
Bali handicraft
Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
Bali handicraft art shop :: thousands of Bali products with their prices here, order online! Wholesale and retail. Site secured and easy to use.
wholesale :: Bali handicraft supplier offering, Bali mask, Bali sterling silver jewelry, Bali home decor, wood statue, abstract carving, silver jewelry, Bali handicraft, stone carving, Bali pottery, animal carving, home decoration, Bali art and crafts - ( made to order service )
Once again welcome to BALI.
BALI, INDONESIA, magic words, are they not? We have just finished our new up to date website. We propose handicrafts and products from Bali-Indonesia. Handicrafts are hand carved, hand painted and they are unique. All offered at the best prices and quality. We have one aim: environmental respect, a real concern to our company.
Have a look inside and you will find everything you need to know if you are a wholesaler and thinking of importing from Indonesia, even if you know nothing about it. This is where our expertise is second to none. If you are a retail buyer, we wish that you will find what you are looking for…
Come back as often as you want for new items and updates on our site. Our lines and prices of handicrafts and furniture will be updated regularly as new changes occur. Enjoy your visit to our brand new site, designed using new technologies making it easier and faster for your convenience.
BALIQUI . COM
Peliatan - Ubud
Gianyar 80571 Bali
- Indonesia -
iwan@baliqui.com sales@baliqui.com
Bali handicraft art shop :: thousands of Bali products with their prices here, order online! Wholesale and retail. Site secured and easy to use.
wholesale :: Bali handicraft supplier offering, Bali mask, Bali sterling silver jewelry, Bali home decor, wood statue, abstract carving, silver jewelry, Bali handicraft, stone carving, Bali pottery, animal carving, home decoration, Bali art and crafts - ( made to order service )
Once again welcome to BALI.
BALI, INDONESIA, magic words, are they not? We have just finished our new up to date website. We propose handicrafts and products from Bali-Indonesia. Handicrafts are hand carved, hand painted and they are unique. All offered at the best prices and quality. We have one aim: environmental respect, a real concern to our company.
Have a look inside and you will find everything you need to know if you are a wholesaler and thinking of importing from Indonesia, even if you know nothing about it. This is where our expertise is second to none. If you are a retail buyer, we wish that you will find what you are looking for…
Come back as often as you want for new items and updates on our site. Our lines and prices of handicrafts and furniture will be updated regularly as new changes occur. Enjoy your visit to our brand new site, designed using new technologies making it easier and faster for your convenience.
BALIQUI . COM
Peliatan - Ubud
Gianyar 80571 Bali
- Indonesia -
iwan@baliqui.com sales@baliqui.com
Batik Pesisir Pekalongan
Batik Pesisir Pekalongan
*
* 1
* 2
* 3
* 4
* 5
(10 votes)
Batik Pesisir adalah salah satu motif batik tulis khas Pekalongan yang telah dikembangkan dan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan dan permintaan konsumen. Pengrajin Batik Pesisir terkonsentrasi didesa Kemplong, Wiradesa, tepatnya belok kanan (dari arah Jakarta) dipersimpangan Wiradesa. Proses pembuatan Batik Pesisir bervariasi, berkisar antara 1 sampai 6 bulan, tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksnya komposisi warna. Hargapun bervariasi antara Rp 1 juta sampai Rp 6 Juta.
Atas kebaikan sdr Taufik Hidayat, Koordinator Pemasaran batik dari Toko/Butik Batik “Failasuf”, saya mengunjungi sentra pengrajin Batik Pesisir didesa-Kemplong.
Proses pembuatan batik dimulai dengan bahan baku. Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat Batik Pesisir ada 2, yaitu: Mori Katun - Rayon (Polyester) - Sutra.
Bahan baku ini dicuci dengan memasukkan bahan-bahan tersebut kedalam tungku air panas, untuk menghilangkan bahan-bahan kimia (auxillaries) yang dipergunakan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Setelah proses ini dilakukan pengeringan dan pelurusan, bahan ini dikirim kebagian pola, untuk digambarkan pola/designnya.
Setelah diberikan pola/design sesuai dengan rencana produksi, maka bahan Batik Pesisir yang telah berdesign itu dikirimkan kebagian pengrajin batik tulis.
Proses pembuatan batik memang rumit, dengan beberapa kali proses pewarnaan pola/design, dimana setiap pemberian warna tertentu, bagian lainnya harus ditutup dengan wax (malam) supaya tidak terwarnai. Proses pewarnaan ini bisa sampai sepuluh kali, bahkan lebih, sesuai dengan tingkat kesulitan maupun pola/design warnanya.
Dapat dilihat pada gambar diatas, proses pewarnaan dan cara memegang “canting” yang bervariasi, sebagaimana setiap orang berbeda dalam hal menulis dengan tangan.
Proses canting ini juga unik, dimana setiap memulai “penulisan” pada pola/design dengan menggunakan wax (malam), ujung canting harus ditiup untuk mendorong “buble” udara yang bisa memblok alur/jalannya wax melalui ujung canting tersebut.
Disamping design yang tradisional, batik Pesisir mempunyai beberapa design yang disukai sejak dulu, yaitu design Belanda, Cina dan Jepang.
Para pengrajin mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 9.000.- per hari dan banyak diantara mereka yang “drop-out” SMP. Meski demikian, mereka nampaknya gembira dan senyum selalu.
Memang Tuhan itu Maha Adil.
Penulis : mfda
Referensi : mfda.web.id
Lokasi : Kemplong, Wiradesa, Pekalongan
Fotografer : mfda
Sumber : Navigasi.net
*
* 1
* 2
* 3
* 4
* 5
(10 votes)
Batik Pesisir adalah salah satu motif batik tulis khas Pekalongan yang telah dikembangkan dan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan dan permintaan konsumen. Pengrajin Batik Pesisir terkonsentrasi didesa Kemplong, Wiradesa, tepatnya belok kanan (dari arah Jakarta) dipersimpangan Wiradesa. Proses pembuatan Batik Pesisir bervariasi, berkisar antara 1 sampai 6 bulan, tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksnya komposisi warna. Hargapun bervariasi antara Rp 1 juta sampai Rp 6 Juta.
Atas kebaikan sdr Taufik Hidayat, Koordinator Pemasaran batik dari Toko/Butik Batik “Failasuf”, saya mengunjungi sentra pengrajin Batik Pesisir didesa-Kemplong.
Proses pembuatan batik dimulai dengan bahan baku. Bahan baku yang dipergunakan untuk membuat Batik Pesisir ada 2, yaitu: Mori Katun - Rayon (Polyester) - Sutra.
Bahan baku ini dicuci dengan memasukkan bahan-bahan tersebut kedalam tungku air panas, untuk menghilangkan bahan-bahan kimia (auxillaries) yang dipergunakan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Setelah proses ini dilakukan pengeringan dan pelurusan, bahan ini dikirim kebagian pola, untuk digambarkan pola/designnya.
Setelah diberikan pola/design sesuai dengan rencana produksi, maka bahan Batik Pesisir yang telah berdesign itu dikirimkan kebagian pengrajin batik tulis.
Proses pembuatan batik memang rumit, dengan beberapa kali proses pewarnaan pola/design, dimana setiap pemberian warna tertentu, bagian lainnya harus ditutup dengan wax (malam) supaya tidak terwarnai. Proses pewarnaan ini bisa sampai sepuluh kali, bahkan lebih, sesuai dengan tingkat kesulitan maupun pola/design warnanya.
Dapat dilihat pada gambar diatas, proses pewarnaan dan cara memegang “canting” yang bervariasi, sebagaimana setiap orang berbeda dalam hal menulis dengan tangan.
Proses canting ini juga unik, dimana setiap memulai “penulisan” pada pola/design dengan menggunakan wax (malam), ujung canting harus ditiup untuk mendorong “buble” udara yang bisa memblok alur/jalannya wax melalui ujung canting tersebut.
Disamping design yang tradisional, batik Pesisir mempunyai beberapa design yang disukai sejak dulu, yaitu design Belanda, Cina dan Jepang.
Para pengrajin mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 9.000.- per hari dan banyak diantara mereka yang “drop-out” SMP. Meski demikian, mereka nampaknya gembira dan senyum selalu.
Memang Tuhan itu Maha Adil.
Penulis : mfda
Referensi : mfda.web.id
Lokasi : Kemplong, Wiradesa, Pekalongan
Fotografer : mfda
Sumber : Navigasi.net
XploreJepara.com
Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
Jepara is a small town on the north coast of Central Java, one and half hours by car from the provincial capital Semarang.
Jepara was an important port kingdom in the mid-sixteenth century, once ruled by Queen Kalinyamat. The colonial Dutch burned it to the ground twice in one year for breaking their trade monopoly. It was also the home of Kartini the Javanese aristocrat whose life and letters advanced educational opportunities for Indonesian women in the early twentieth century.
Jepara also well-known as producer of the best handcrafted wooden carving furniture in Indonesia and became a cluster industry in any wooden carving products for decades, its the one and only place in Indonesia you can find any kind of wooden carving products from furniture to statues and any other wooden handicraft all around Jepara. The carving itself well-known over Indonesia and the world that has smooth and best craftsmanship skill compare to any others in the industry. It's home for live carver legend so far.
But not only wooden furniture products you can find here in Jepara, another industry supports to local business are handicraft products such as; rattan and bamboo, monel or white iron accessories, handcrafted fabric, and wooden statue and accessories. For details on these industry please see Biz Highlight or see Jepara Furniture Directory for your guide to find furniture supplier in Jepara.
Also if you would like to enjoy Jepara heritage and tourism, there are many places to visit such as; Kartini Museum, Jepara Regency Hall, Mantingan Royal Cemetery and Mosque, Kartini Beach, Panjang Island, Bandengan Beach, Fort of Portuguese, Mondoliko Island, Fort of de Bosch, Waterfalls of Songgo Langit and Jurang Nganten, Tempur Hill, Bate Setro and Serni Pine Woods Hills, and some caves. Or even visit famous national ocean park 'Karimun Jawa' which you can do any activities such as snorkeling, diving, etc. For details on tourism, please see Jepara Tourism Highlight
So when you in Jepara you can do working holiday, do the two things in one place. So, welcome to Jepara and hopefully you will enjoy the hospitality and beyond.
The Journey Of Jepara Wood Carving Products
The activity of Jepara Carving was started since the 7th century when Queen Shima Rule the Kalingga Kingdom in Jepara. Their main subject is making the Traditional Ship and Traditonal House. And then on the 16th century, when Jepara is lead by Queen Kalinyamat, there are so many improving and development on the carving design. It's because the original style of wooden carving get influence from Chinesse, India, Arab, and Europe style. So, the wooden carving have the change of it design.
On the 19th century, the development of Jepara Furniture Industry is become famous in many countries all over the world after R.A Kartini, the daughter of Jepara Head Residence introduce the wood carving products from Jepara to the Queen Wilhelmina on her marriage then R.A. Kartini also introduce Jepara wood carving through Oost en West
organisation that help on the market place. Another way how R.A Kartini introduce the wood carving is by sending it to her friends in Holland.
On the 20th century when Soeharto become a President of Indonesia, Jepara Furniture Home Industry get a support from the President's Wife to get the investor to expand their business and as a result, many foreign investor interested to expand their business to Jepara. Then the Europe design is dominate the production of Jepara Carving
Furniture up to now.
XploreJepara.com : Your Gate to Jepara Furniture, Handicraft and Tourism Industry
Jepara is a small town on the north coast of Central Java, one and half hours by car from the provincial capital Semarang.
Jepara was an important port kingdom in the mid-sixteenth century, once ruled by Queen Kalinyamat. The colonial Dutch burned it to the ground twice in one year for breaking their trade monopoly. It was also the home of Kartini the Javanese aristocrat whose life and letters advanced educational opportunities for Indonesian women in the early twentieth century.
Jepara also well-known as producer of the best handcrafted wooden carving furniture in Indonesia and became a cluster industry in any wooden carving products for decades, its the one and only place in Indonesia you can find any kind of wooden carving products from furniture to statues and any other wooden handicraft all around Jepara. The carving itself well-known over Indonesia and the world that has smooth and best craftsmanship skill compare to any others in the industry. It's home for live carver legend so far.
But not only wooden furniture products you can find here in Jepara, another industry supports to local business are handicraft products such as; rattan and bamboo, monel or white iron accessories, handcrafted fabric, and wooden statue and accessories. For details on these industry please see Biz Highlight or see Jepara Furniture Directory for your guide to find furniture supplier in Jepara.
Also if you would like to enjoy Jepara heritage and tourism, there are many places to visit such as; Kartini Museum, Jepara Regency Hall, Mantingan Royal Cemetery and Mosque, Kartini Beach, Panjang Island, Bandengan Beach, Fort of Portuguese, Mondoliko Island, Fort of de Bosch, Waterfalls of Songgo Langit and Jurang Nganten, Tempur Hill, Bate Setro and Serni Pine Woods Hills, and some caves. Or even visit famous national ocean park 'Karimun Jawa' which you can do any activities such as snorkeling, diving, etc. For details on tourism, please see Jepara Tourism Highlight
So when you in Jepara you can do working holiday, do the two things in one place. So, welcome to Jepara and hopefully you will enjoy the hospitality and beyond.
The Journey Of Jepara Wood Carving Products
The activity of Jepara Carving was started since the 7th century when Queen Shima Rule the Kalingga Kingdom in Jepara. Their main subject is making the Traditional Ship and Traditonal House. And then on the 16th century, when Jepara is lead by Queen Kalinyamat, there are so many improving and development on the carving design. It's because the original style of wooden carving get influence from Chinesse, India, Arab, and Europe style. So, the wooden carving have the change of it design.
On the 19th century, the development of Jepara Furniture Industry is become famous in many countries all over the world after R.A Kartini, the daughter of Jepara Head Residence introduce the wood carving products from Jepara to the Queen Wilhelmina on her marriage then R.A. Kartini also introduce Jepara wood carving through Oost en West
organisation that help on the market place. Another way how R.A Kartini introduce the wood carving is by sending it to her friends in Holland.
On the 20th century when Soeharto become a President of Indonesia, Jepara Furniture Home Industry get a support from the President's Wife to get the investor to expand their business and as a result, many foreign investor interested to expand their business to Jepara. Then the Europe design is dominate the production of Jepara Carving
Furniture up to now.
XploreJepara.com : Your Gate to Jepara Furniture, Handicraft and Tourism Industry
ಟೂರ್ ಇನ್ Dieng
Dataran Tinggi Dieng Sangat Dikenal
Kedaulatan-rakyat.com~OBJEK wisata di Jateng, ternyata banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Jika Candi Borobudur sudah sangat mendunia, karena masuk dalam salah satu keajaiban dunia, sehingga menjadi salah satu objek wisata andalan Jateng, Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga cukup representatif untuk dikenalkan kepada wisatawan dunia.
Objek yang satu ini juga sudah sangat dikenal. Setiap kali ada kegiatan terkait dengan wisata, daerah-daerah di luar pulau Jawa bisa dipastikan akan menanyakan wisata Dieng. Ini menunjukkan bahwa objek wisata Dieng sudah sangat dikenal oleh para wisatawan nasional. Yang menjadi bahan pertanyaan, banyaknya tarif retribusi di dataran Dieng yang dikenakan kepada para wisatawan. Jika sebelumnya wisatawan bisa menikmati keindahan dataran tinggi Dieng hanya dengan satu tiket, kini menjadi beberapa tiket masuk. Ini disebabkan dataran tinggi Dieng sudah tidak lagi dikelola secara bersama antara pemerintah Wonosobo dan Banjarnegara. Dua daerah tersebut kini masing-masing memacu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara membuka sendiri loket wisata. Sehingga wisatawan yang masuk melalui pintu Wonosobo harus membayar lagi jika akan menikmati objek yang berada di kawasan milik Banjarnegara, dan begitu sebaliknya. Kasie Objek dan Daya tarik wisata, dinas Pariwisata Wonosobo Pudjonggo Kristiawan, saat menerima kunjungan wartawan peserta pers tour mengatakan, setiap kunjungannya ke daerah-daerah di luar pulau Jawa, pelaku wisata selalu menanyakan keberadaan objek wisata Dieng. Ini menurut Pudjonggo menandakan Selain Borobudur, objek wisata khas lainnya di Jateng adalah wisata di dataran tinggi Dieng. Masyarakat luas sudah mengenal keberadaannya, sehingga untuk mengembangkannya menjadi objek wisata tidak terlalu sulit. Namun mahalnya tarif masuk sekarang ini, juga diakui sebagai kendala tersebut. Baik Pemkab Wonosobo maupun Banjarnegara sekarang ini sedang melakukan penjajagan untuk melakukan kerja sama pengelolaan kembali objek wisata Dieng. Dikhawatirkan rintisan untuk menjalin kembali kerja sama antara Wonosobo dengan Banjarnegara akan terbentuk oleh kebijakan dari masing-masing DPRD setempat. Gubernur Jateng sendiri diakui memiliki kepedulian besar terhadap perkembangan wisata di daerah Jateng Selatan, seperti di Dieng. Bukti dari kepedulian Gubernur adalah dengan dibangunnya fasilitas baru berupa gedung Dieng Theatre untuk memperkenalkan seluruh objek wisata yang ada di kawasan dataran tinggi tersebut. Pembangunan Dieng Theatre tersebut juga tidak lepas dari dibangunnya paker wisata jalur Solo-Selo-Borobudur (Sosebo). Bahkan sekarang ini sedang dijajagi adanya penambahan paket wisata baru gabungan dari Sosebo-Dieng. Jika paket wisata baru tersebut sudah bisa berjalan, diperkirakan perkembangan objek wisata di dataran tinggi Dieng akan berkembang pesat. “Gubernur telah merencanakan membuat paket wisata Sosebo-Dieng. Langkah awal pengembangan paket wisata baru di Jateng tersebut Gubernur telah mengeluarkan dana sebesar Rp 1,5 miliar untuk membangun Dieng Theatre. Saya yakin wisatawan akan lebih menyukai objek wisata di Dieng daripada di Ketep, karena Dieng banyak memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Ketep,” tutur Pudjonggo. Pemkab Wonosobo sendiri, saat ini sedang merintis adanya jalur baru menuju objek wisata Dieng yang dari arah Semarang dan sekitarnya. Jalur baru yang sedang dipersiapkan oleh Wonosobo adalah jalur Selatan, yaitu melewati Cangkiran (Mboja) Kabupaten Kendal. Hanya saja jalan yang dipersiapkan belum bagus. Selain sempit juga masih sering terjadi longsor khususnya saat musim hujan. Justru yang menjadi kekhawatiran para praktisi wisata di dataran tinggi Dieng adalah adanya sejumlah investor yang mengincar Dieng sebagai sasaran investasi khususnya di sektor gas alam. Jika pemerintah mengizinkan investor untuk melakukan eksploitasi Dieng, bisa dipastikan konservasi tanah akan mengalami kerusakan berat. Bahkan Pudjonggo Kristiawan menilai untuk mengembangkan objek wisata yang ada di dataran tinggi Dieng, tidak perlu melibatkan investor. Pe- ngembangan cukup dilakukan oleh pemerintah karena terkait dengan pelestarian alam dan budaya di kawasan tersebut. Keterlibatan pemodal untuk pengembangan wisata alam di kawasan dataran tinggi Dieng dikhawatirkan justru akan mengubah peta wisata yang selama ini sedang dikembangkan oleh pemerintah. Investor cenderung hanya memikirkan keuntungan tanpa melihat sisi pelestarian. Sehingga saat mendapat kesempatan untuk menyentuh kawasan wisata, mereka cenderung akan mengorbankan pelestarian alam dan budaya yang ada. Padahal pengembangan wisata tidak bisa dipisahkan dengan upaya pelestarian budaya atau pelestarian sumber daya alam yang ada. Dengan fenomena tersebut, pengembangan objek wisata di dataran tinggi Dieng tidak perlu melibatkan investor demi untuk mempertahankan kondisi alam yang ada di kawasan. Jika investor ingin masuk untuk menggarap dunia pariwisata di Wonosobo, mereka bisa membangun sejumlah fasilitas di Wonosobo, seperti hotel dan restauran atau fasilitas pendukung lain. Hal senada juga diungkapkan Ketua PHRI Wonosobo Agus Tjugiyanto. Menurut praktisi wisata ini keterlibatan investor dalam pengembangan dataran tingi Dieng bisa mengubah peta wisata yang sekarang sedang digarap oleh banyak pihak. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya pemerintah akan lebih berpihak kepada investor daripada mempertahankan program pengembangan wisata yang sudah ada. Sekarang ini menurut Agus, ada isu santer menyebutkan akan ada investor dari Cina yang akan masuk ke kawasan dataran tinggi Dieng untuk melakukan eksploitasi gas alam di Dieng. Jika isu tersebut benar, dikhawatirkan kepentingan pariwisata di Dieng akan dikalahkan oleh kepentingan industri yang cenderung akan merusak ekosistem yang ada. Rencana masuknya investor dari Cina untuk mengeksplorasi gas alam yang ada di Dieng menurut Agus sudah dibicarakan di tingkat DPRD Wonosobo, yaitu di Komisi A. Rencana tersebut menurut Agus jelas merupakan ancaman bagi dunia pariwisata di Dieng, karena akan ada kecenderungan kepentingan investor tersebut yang akan diutamakan. Menurut Pudjonggo, pengembangan wisata di kawasan Dieng telah mendapat dukungan dari Gubernur Jateng H Mardiyanto. Bahkan ada rencana kawasan Dieng akan dijadikan satu paket wisata dengan paket Solo-Selo-Borobudur (SSB) menjadi SSB-Dieng.
Kedaulatan-rakyat.com~OBJEK wisata di Jateng, ternyata banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Jika Candi Borobudur sudah sangat mendunia, karena masuk dalam salah satu keajaiban dunia, sehingga menjadi salah satu objek wisata andalan Jateng, Kawasan Dataran Tinggi Dieng juga cukup representatif untuk dikenalkan kepada wisatawan dunia.
Objek yang satu ini juga sudah sangat dikenal. Setiap kali ada kegiatan terkait dengan wisata, daerah-daerah di luar pulau Jawa bisa dipastikan akan menanyakan wisata Dieng. Ini menunjukkan bahwa objek wisata Dieng sudah sangat dikenal oleh para wisatawan nasional. Yang menjadi bahan pertanyaan, banyaknya tarif retribusi di dataran Dieng yang dikenakan kepada para wisatawan. Jika sebelumnya wisatawan bisa menikmati keindahan dataran tinggi Dieng hanya dengan satu tiket, kini menjadi beberapa tiket masuk. Ini disebabkan dataran tinggi Dieng sudah tidak lagi dikelola secara bersama antara pemerintah Wonosobo dan Banjarnegara. Dua daerah tersebut kini masing-masing memacu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan cara membuka sendiri loket wisata. Sehingga wisatawan yang masuk melalui pintu Wonosobo harus membayar lagi jika akan menikmati objek yang berada di kawasan milik Banjarnegara, dan begitu sebaliknya. Kasie Objek dan Daya tarik wisata, dinas Pariwisata Wonosobo Pudjonggo Kristiawan, saat menerima kunjungan wartawan peserta pers tour mengatakan, setiap kunjungannya ke daerah-daerah di luar pulau Jawa, pelaku wisata selalu menanyakan keberadaan objek wisata Dieng. Ini menurut Pudjonggo menandakan Selain Borobudur, objek wisata khas lainnya di Jateng adalah wisata di dataran tinggi Dieng. Masyarakat luas sudah mengenal keberadaannya, sehingga untuk mengembangkannya menjadi objek wisata tidak terlalu sulit. Namun mahalnya tarif masuk sekarang ini, juga diakui sebagai kendala tersebut. Baik Pemkab Wonosobo maupun Banjarnegara sekarang ini sedang melakukan penjajagan untuk melakukan kerja sama pengelolaan kembali objek wisata Dieng. Dikhawatirkan rintisan untuk menjalin kembali kerja sama antara Wonosobo dengan Banjarnegara akan terbentuk oleh kebijakan dari masing-masing DPRD setempat. Gubernur Jateng sendiri diakui memiliki kepedulian besar terhadap perkembangan wisata di daerah Jateng Selatan, seperti di Dieng. Bukti dari kepedulian Gubernur adalah dengan dibangunnya fasilitas baru berupa gedung Dieng Theatre untuk memperkenalkan seluruh objek wisata yang ada di kawasan dataran tinggi tersebut. Pembangunan Dieng Theatre tersebut juga tidak lepas dari dibangunnya paker wisata jalur Solo-Selo-Borobudur (Sosebo). Bahkan sekarang ini sedang dijajagi adanya penambahan paket wisata baru gabungan dari Sosebo-Dieng. Jika paket wisata baru tersebut sudah bisa berjalan, diperkirakan perkembangan objek wisata di dataran tinggi Dieng akan berkembang pesat. “Gubernur telah merencanakan membuat paket wisata Sosebo-Dieng. Langkah awal pengembangan paket wisata baru di Jateng tersebut Gubernur telah mengeluarkan dana sebesar Rp 1,5 miliar untuk membangun Dieng Theatre. Saya yakin wisatawan akan lebih menyukai objek wisata di Dieng daripada di Ketep, karena Dieng banyak memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Ketep,” tutur Pudjonggo. Pemkab Wonosobo sendiri, saat ini sedang merintis adanya jalur baru menuju objek wisata Dieng yang dari arah Semarang dan sekitarnya. Jalur baru yang sedang dipersiapkan oleh Wonosobo adalah jalur Selatan, yaitu melewati Cangkiran (Mboja) Kabupaten Kendal. Hanya saja jalan yang dipersiapkan belum bagus. Selain sempit juga masih sering terjadi longsor khususnya saat musim hujan. Justru yang menjadi kekhawatiran para praktisi wisata di dataran tinggi Dieng adalah adanya sejumlah investor yang mengincar Dieng sebagai sasaran investasi khususnya di sektor gas alam. Jika pemerintah mengizinkan investor untuk melakukan eksploitasi Dieng, bisa dipastikan konservasi tanah akan mengalami kerusakan berat. Bahkan Pudjonggo Kristiawan menilai untuk mengembangkan objek wisata yang ada di dataran tinggi Dieng, tidak perlu melibatkan investor. Pe- ngembangan cukup dilakukan oleh pemerintah karena terkait dengan pelestarian alam dan budaya di kawasan tersebut. Keterlibatan pemodal untuk pengembangan wisata alam di kawasan dataran tinggi Dieng dikhawatirkan justru akan mengubah peta wisata yang selama ini sedang dikembangkan oleh pemerintah. Investor cenderung hanya memikirkan keuntungan tanpa melihat sisi pelestarian. Sehingga saat mendapat kesempatan untuk menyentuh kawasan wisata, mereka cenderung akan mengorbankan pelestarian alam dan budaya yang ada. Padahal pengembangan wisata tidak bisa dipisahkan dengan upaya pelestarian budaya atau pelestarian sumber daya alam yang ada. Dengan fenomena tersebut, pengembangan objek wisata di dataran tinggi Dieng tidak perlu melibatkan investor demi untuk mempertahankan kondisi alam yang ada di kawasan. Jika investor ingin masuk untuk menggarap dunia pariwisata di Wonosobo, mereka bisa membangun sejumlah fasilitas di Wonosobo, seperti hotel dan restauran atau fasilitas pendukung lain. Hal senada juga diungkapkan Ketua PHRI Wonosobo Agus Tjugiyanto. Menurut praktisi wisata ini keterlibatan investor dalam pengembangan dataran tingi Dieng bisa mengubah peta wisata yang sekarang sedang digarap oleh banyak pihak. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya pemerintah akan lebih berpihak kepada investor daripada mempertahankan program pengembangan wisata yang sudah ada. Sekarang ini menurut Agus, ada isu santer menyebutkan akan ada investor dari Cina yang akan masuk ke kawasan dataran tinggi Dieng untuk melakukan eksploitasi gas alam di Dieng. Jika isu tersebut benar, dikhawatirkan kepentingan pariwisata di Dieng akan dikalahkan oleh kepentingan industri yang cenderung akan merusak ekosistem yang ada. Rencana masuknya investor dari Cina untuk mengeksplorasi gas alam yang ada di Dieng menurut Agus sudah dibicarakan di tingkat DPRD Wonosobo, yaitu di Komisi A. Rencana tersebut menurut Agus jelas merupakan ancaman bagi dunia pariwisata di Dieng, karena akan ada kecenderungan kepentingan investor tersebut yang akan diutamakan. Menurut Pudjonggo, pengembangan wisata di kawasan Dieng telah mendapat dukungan dari Gubernur Jateng H Mardiyanto. Bahkan ada rencana kawasan Dieng akan dijadikan satu paket wisata dengan paket Solo-Selo-Borobudur (SSB) menjadi SSB-Dieng.
Langganan:
Postingan (Atom)