Target yang harus dicapai 57,41 juta ton GKG. Tantangan berat tapi yakin bisa diatasi
Usai membuka acara Lokakarya Inovasi Padi Mendukung P2BN, Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Achmad Suryana melepas pendamping P2BN. Kegiatan yang dikhususkan kepada peneliti dari Balit-Balit yang menangani penelitian padi ini diselengarakan dari tanggal 7 hingga 8 Maret 2007 di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Dihadiri 51 peneliti yang terdiri dari 16 BPTP, BB Biogen, BBSDLP, BB Padi Selain tenaga pendamping, hadir pada lokakarya ini Kapuslitbang Tanaman Pangan, Kepala BB Padi, dan Kepala Balit yang stafnya ditugasi sebagai pendamping P2BN. Dalam kata sambutannya Kepala Badan Litbang Pertanian menyatakan bahwa sasaran yang harus dicapai pemerintah dalam peningkatan produksi beras adalah 57,41 juta ton GKG. Target yang cukup berat karena setiap tahun terjadi pengalihan fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian yang luasnya 40 ribu hektar, disamping peningkatan penduduk sebesar 2% pertahun. Namun kendala tersebut bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi. Untuk mencapai target tersebut tandas Dr. Achmad Suryana, upaya yang kita lakukan melalui penggunaan varietas unggul baru, penggunaan benih bermutu melalui program benih berbantuan, penggunaan padi hibrida dengan target penanaman seluas 135 ribu hektar di provinsi sentra produksi beras dan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan target seluas 1,615 juta hektar serta luas penanaman padi non-PTT seluas 10,247 juta hektar. Sehingga total luas panen keseluruhan diharapkan mencapai 11,85 juta hektar (B. Sri)
Last Updated ( Friday, 05 October 2007 )
< Prev
Antusias adalah Mesin penggerak kesuksesan. Enthusiasme is one of the greatest power in our life. antusiasme adalah satu dari kekuatan terbesar dalam hidup kita. kenapa demikian? Oleh karena segala sesuatu yang sihadapi dengan sikap antusias mampu memancatkan keceriaan,bukan saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang-orang sekelilingnya.
Halaman
Hiap Chuan
www.steel.sg/Steel-StockistWe Provide Wide Range Of SteelAnda memberi ini +1 secara publik. Urungkan
Products. Call +65 6862 2421 Now!
08 Januari 2008
Bonggol Pisang untuk Penyubur Padi
TIPS: Bonggol Pisang Penyubur Padi
Written by Administrator
Sunday, 29 July 2007
BONNGOL PISANG PENYUBUR PADI
Penemu : Widi Sumanta
Lokasi : desa Temon, Kulon Progo.
Lahan 1000 m persegi dapat menghasilkan rata-rata 6,4 kw padi (rata-rata produksi nasional 5 kuintal untuk luas lahan yang sama pada musiim kemarau).
Rahasia di balik kesuksesan itu adalah bonggol pisang. Bagian pangkal pohon ini dimanfaatkan untuk menetralkan tanah yang tingkat keasamannya tinggi karena terlalu banyak menyerap herbisida.
Pada awalnya si penemu konsep ini, Widi, menggunakan gamping untuk menetralkan kadar asam. Langkah ini berhasil karena beberapa cacing yang dilepas terbukti berhasil hidup. Namun hasilnya kurang menggembirakan. Kemudian ia menemukan buku tentang pisang. Disebutkan bahwa bonggol pisang mengandung unsur kalsium sebanyak 49 persen. Dari sinilah ia tertarik untuk memanfaatkan bonggol pisang.
Niat Widi mendapat sambutan baik dari sang ibu, Ibdayatun. Menurutnya zaman dulu air bonggol pisang dipakai menyuburkan rambut.
Selain bonggol pisang, jerami juga ditambahkan sebagai penyubur organik. Namun Widi belum meninggalkan pupuk kimia sama sekali.
Penerapan teknik baru ini sederhana. Pada lahan percobaan, penaburan jerami menjadi langkah pertama. Sawah dengan jerami yang mulai hancur lantas dibajak dan ditaburi bonggol yang sudah dicacah. Untuk 1000 m2 Widi menggunakan cacahan 5 bonggol yang setara dengan 78 kg. Dengan padi jenis unggul Ir-64, panen yang diperoleh pada musim hujan 8,1 kw per 1000 m2. Sebelum memakai bonggol, hasil maksimal di lahan tersebut 7 kw.
Widi juga mengamati bahwa sistem tanam yang biasa dipakai petani dengan menancapkan lebih dari separuh bibit padi justru menghambat pertumbuhan. Menurutnya yang terbaik adalah menanam seruas ujung jari saja. Yang disebut tantake, tanam tanpa tekanan.
Dalam usia 15 hari, tanaman tumbuh subur dengan rumpun yang sangat banyak. Uniknya cara ini justru membuat padi lebih kuat, yang ditanam dengan cara biasa lebih mudah dicabut. Hanya saja karena rumpun cukup banyak, penyiangan dilakukan pencabutan tangan.
Sumber : Tempo, 20 Agustus 2000 halaman 31
spacer
Advertisment
Vermint
Vermint
Plashitaba
Plashitaba
Virjint Cair
Virjint Cair
Virjint Kapsul
Virjint Kapsul
GRANUS
GRANUS
VENTIRO
VENTIRO
Zulfa
Zulfa
E Natural
E Natural
Rosella Organik Galur
Rosella Organik Galur
Written by Administrator
Sunday, 29 July 2007
BONNGOL PISANG PENYUBUR PADI
Penemu : Widi Sumanta
Lokasi : desa Temon, Kulon Progo.
Lahan 1000 m persegi dapat menghasilkan rata-rata 6,4 kw padi (rata-rata produksi nasional 5 kuintal untuk luas lahan yang sama pada musiim kemarau).
Rahasia di balik kesuksesan itu adalah bonggol pisang. Bagian pangkal pohon ini dimanfaatkan untuk menetralkan tanah yang tingkat keasamannya tinggi karena terlalu banyak menyerap herbisida.
Pada awalnya si penemu konsep ini, Widi, menggunakan gamping untuk menetralkan kadar asam. Langkah ini berhasil karena beberapa cacing yang dilepas terbukti berhasil hidup. Namun hasilnya kurang menggembirakan. Kemudian ia menemukan buku tentang pisang. Disebutkan bahwa bonggol pisang mengandung unsur kalsium sebanyak 49 persen. Dari sinilah ia tertarik untuk memanfaatkan bonggol pisang.
Niat Widi mendapat sambutan baik dari sang ibu, Ibdayatun. Menurutnya zaman dulu air bonggol pisang dipakai menyuburkan rambut.
Selain bonggol pisang, jerami juga ditambahkan sebagai penyubur organik. Namun Widi belum meninggalkan pupuk kimia sama sekali.
Penerapan teknik baru ini sederhana. Pada lahan percobaan, penaburan jerami menjadi langkah pertama. Sawah dengan jerami yang mulai hancur lantas dibajak dan ditaburi bonggol yang sudah dicacah. Untuk 1000 m2 Widi menggunakan cacahan 5 bonggol yang setara dengan 78 kg. Dengan padi jenis unggul Ir-64, panen yang diperoleh pada musim hujan 8,1 kw per 1000 m2. Sebelum memakai bonggol, hasil maksimal di lahan tersebut 7 kw.
Widi juga mengamati bahwa sistem tanam yang biasa dipakai petani dengan menancapkan lebih dari separuh bibit padi justru menghambat pertumbuhan. Menurutnya yang terbaik adalah menanam seruas ujung jari saja. Yang disebut tantake, tanam tanpa tekanan.
Dalam usia 15 hari, tanaman tumbuh subur dengan rumpun yang sangat banyak. Uniknya cara ini justru membuat padi lebih kuat, yang ditanam dengan cara biasa lebih mudah dicabut. Hanya saja karena rumpun cukup banyak, penyiangan dilakukan pencabutan tangan.
Sumber : Tempo, 20 Agustus 2000 halaman 31
spacer
Advertisment
Vermint
Vermint
Plashitaba
Plashitaba
Virjint Cair
Virjint Cair
Virjint Kapsul
Virjint Kapsul
GRANUS
GRANUS
VENTIRO
VENTIRO
Zulfa
Zulfa
E Natural
E Natural
Rosella Organik Galur
Rosella Organik Galur
cara bertanam hidroponik
Oleh dwi_wahyudi
Selasa, 20 Juni 2006 08:26:22 3219 klik Printable Version
saya ingin bertanya tentang bagaimana cara bertanam sayuran dengan sistem hidroponik, dengan media air, bagaimana cara membuat larutan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman sayur tersebut?
Adakah larutan unsur tersebut yang sudah jadi dan dijual di toko-toko pertanian?
Apakah air yang digunakan sebagai media tanaman, harus air yang mengalir? dan seberapa deras air itu harus mengalirnya?
selain larutan unsur2 tersebut, perlukah diberikan pemupukan dan obat lagi, misalnya pupuk urea, ZA atau NPK?
Besar harapan kami dapat diberikan jawaban atas pertanyaan saya, sebelumnya diucapkan terima kasih.
Respon
sayuran hidroponik
Oleh ediskoe Selasa, 20 Juni 2006 09:36:06
Hi Dwi,
Sistem hidroponik perlu memperhatikan, lokasi dan atau komoditi tanaman apa yang akan di produksi, menurut saya di indonesia untuk sayuran buah (tomat, melon, paprika dll) lebih optimal dengan hidroponik growing media (arang sekam, rockwool-grodan, cocopeat dll), sedangkan sayuran daun spt lettuce, kailan dll, bisa dengan sistem hidroponik seperti aeroponik dan NFT.
Untuk pemula dan petani yang mau praktis tersedia juga pupuk Ab Mix yang sudah jadi, Bisa hubungi PT. Joro di email edis@joro .co.id.
Kendala hidroponik di Indonesia
Oleh herly Rabu, 21 Juni 2006 08:41:40
Seperti kebanyakan pemula/petani yang ingin meningkatkan penghasilan dengan melakukan diversifikasi usaha bidang pertanian, kebanyakan pemula merasa awam dalam hal prosedur bercocok tanam (hidroponik)akan tetapi dari sekian banyak yang kita baca dalam berbagai buku panduan tentang hidroponik kebanyakan tidak ada tindak lanjut, selanjutnya diserahkan kepada para pemula untuk berimprofisasi, hal ini seakan menambah kebingungan para pemula karena yang mereka butuhkan tidak hanya sekedar membaca buku terus langsung praktek. minimal ada pemandu dilapangan bila ada kendala atau halangan, agar para pemula yang tidak paham menjadi paham tentang cara bercocok tanam dengan hidroponik...
hidroponik-tidak hanya baca buku
Oleh ediskoe Rabu, 21 Juni 2006 13:57:46
benar yg dikatakan sdr helry, sesuatu yang real tdk semuanya bisa di praktekan hanya dg baca buku, hidroponik misalnya, untuk pemula (hanya hobby) perlu coba untuk sekala yg kecil dulu, sedangkan pemula yang utk komersil sebaiknya investasi utk pelatihan, dan terus belajar dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tsb. Bagi pemula atau komersial, kami bisa membantu baik utuk sekala kecil atau sekala besar. kirim email ke edis@joro. co.id
Pelatihan bagi pemula
Oleh maedy Selasa, 27 Juni 2006 15:10:12
Ingin ikut pelatihan untuk pemula, kapan ada jadwalnya?
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh Djoes Jumat, 13 Oktober 2006 14:12:51
halo, ediskoe & wisnoe
umumnya pemupukan pada hidroponik umumnya menggunakan bahan kimia. setahu saya bahkan memerlukan unsur2 kimia murni (bukan bahan teknis), bisa gak jika kita pake pupuk organik? Pupuk organik cair misalnya. Utk budidaya konvensional saya biasa pake POC tersebut dan produktivitas dan efisiensinya tinggi. untuk diskusi bisa ke gembi lie@hotmail.com
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh afka Kamis, 26 Juli 2007 10:14:54
saya belum ahu semuanya tentang hidroponik, jadi saya mo ngikutin terus rubrik ini
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh cepNded Senin, 10 September 2007 12:11:41
iya... saya dan teman2 (Perkumpulan remaja putus sekolah sedang belajar bertani cuma ga mau kotor jadi kami pilih betani sayuran dengan hidroponik)akan mencoba membuat plot percobaan untuk cabe tomat dan seledri.medianya pasir dan arang sekam lalu nutrisinya akan menggunakan NPK 15 15 15 dengan dosis 2 gram/liter.kami mengharapkan bantuan informasi mengenai tata cara bertanam sayuran secara hidroponik.trim's
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh damihano Kamis, 06 Desember 2007 20:42:45
Sy juga baru dalam bidang ini, tapi sejak dulu mencari buku lokal yg berisi informasi yg cukup dan bagus mengenai hidroponik, tidak ada yg jelas dan detail, semua buku lokal cuma isinya cerita saja, segi teknisnya mentah. Lalu saya coba browsing di web, dan saya menemukan buku yg isinya sesuai keinginan sy,jelas dan lengkap teknisnya. Dalam buku itu secara teknis, diterangkan bagaimana cara pembibitan, cara embuat nutrisi hidroponik, kandungan pH, tentang pencahayaan diulas scr sederhana, cara menghasilkan CO secara sederhana, cara pembuatan infrastruktur sederhana utk berhidroponik, judul bukunya HOW TO HYDROPHONICS by KEITH ROBERTO. Sy ada salinan dlm format PDF. Semoga info ini berguna utk kita semua.
Respon Anda?
Kalau mau tulis respon, silakan login dulu, atau Registrasi
Diskusi Pertanian
Posting Terbaru
. Jual Bibit Gaharu Aquilar...
. Dijual : Anthurium Jemani...
. Budidaya Gurame (JMS) Par...
. Jual Benalu Teh
. Jual Bibit Buah Naga
Respon Terbaru
. Re: Sedia Cupang Adu/Ikan...
. Re: Sedia Cupang Adu/Ikan...
. Re: Jual Bibit Tanaman
. Re: Club Budidaya Belut
. Re: Kematian massal padag...
Iklan Baris
Iklan Terbaru
. OBAT MATA PLUS/MINUS/SILINDER/...
. OBAT MAAG KRONIS/HEPATITIS/LIV...
. .:: www.iklandaun.tk ::....
. JENMANI (Biji & Bibit)
. e-messaging server(sms server,...
. Inn Flowers Nursery : Bibitan ...
. ANTHURIUM
. Burgundy Afrika ,Reflexinerviu...
. SIRIH HITAM
. Anthurium Black beauty
© 2007 Trubus
Portal Pertanian & Tanaman Hias Indonesia
Oleh dwi_wahyudi
Selasa, 20 Juni 2006 08:26:22 3219 klik Printable Version
saya ingin bertanya tentang bagaimana cara bertanam sayuran dengan sistem hidroponik, dengan media air, bagaimana cara membuat larutan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman sayur tersebut?
Adakah larutan unsur tersebut yang sudah jadi dan dijual di toko-toko pertanian?
Apakah air yang digunakan sebagai media tanaman, harus air yang mengalir? dan seberapa deras air itu harus mengalirnya?
selain larutan unsur2 tersebut, perlukah diberikan pemupukan dan obat lagi, misalnya pupuk urea, ZA atau NPK?
Besar harapan kami dapat diberikan jawaban atas pertanyaan saya, sebelumnya diucapkan terima kasih.
Respon
sayuran hidroponik
Oleh ediskoe Selasa, 20 Juni 2006 09:36:06
Hi Dwi,
Sistem hidroponik perlu memperhatikan, lokasi dan atau komoditi tanaman apa yang akan di produksi, menurut saya di indonesia untuk sayuran buah (tomat, melon, paprika dll) lebih optimal dengan hidroponik growing media (arang sekam, rockwool-grodan, cocopeat dll), sedangkan sayuran daun spt lettuce, kailan dll, bisa dengan sistem hidroponik seperti aeroponik dan NFT.
Untuk pemula dan petani yang mau praktis tersedia juga pupuk Ab Mix yang sudah jadi, Bisa hubungi PT. Joro di email edis@joro .co.id.
Kendala hidroponik di Indonesia
Oleh herly Rabu, 21 Juni 2006 08:41:40
Seperti kebanyakan pemula/petani yang ingin meningkatkan penghasilan dengan melakukan diversifikasi usaha bidang pertanian, kebanyakan pemula merasa awam dalam hal prosedur bercocok tanam (hidroponik)akan tetapi dari sekian banyak yang kita baca dalam berbagai buku panduan tentang hidroponik kebanyakan tidak ada tindak lanjut, selanjutnya diserahkan kepada para pemula untuk berimprofisasi, hal ini seakan menambah kebingungan para pemula karena yang mereka butuhkan tidak hanya sekedar membaca buku terus langsung praktek. minimal ada pemandu dilapangan bila ada kendala atau halangan, agar para pemula yang tidak paham menjadi paham tentang cara bercocok tanam dengan hidroponik...
hidroponik-tidak hanya baca buku
Oleh ediskoe Rabu, 21 Juni 2006 13:57:46
benar yg dikatakan sdr helry, sesuatu yang real tdk semuanya bisa di praktekan hanya dg baca buku, hidroponik misalnya, untuk pemula (hanya hobby) perlu coba untuk sekala yg kecil dulu, sedangkan pemula yang utk komersil sebaiknya investasi utk pelatihan, dan terus belajar dari orang-orang yang mempunyai pengetahuan tsb. Bagi pemula atau komersial, kami bisa membantu baik utuk sekala kecil atau sekala besar. kirim email ke edis@joro. co.id
Pelatihan bagi pemula
Oleh maedy Selasa, 27 Juni 2006 15:10:12
Ingin ikut pelatihan untuk pemula, kapan ada jadwalnya?
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh Djoes Jumat, 13 Oktober 2006 14:12:51
halo, ediskoe & wisnoe
umumnya pemupukan pada hidroponik umumnya menggunakan bahan kimia. setahu saya bahkan memerlukan unsur2 kimia murni (bukan bahan teknis), bisa gak jika kita pake pupuk organik? Pupuk organik cair misalnya. Utk budidaya konvensional saya biasa pake POC tersebut dan produktivitas dan efisiensinya tinggi. untuk diskusi bisa ke gembi lie@hotmail.com
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh afka Kamis, 26 Juli 2007 10:14:54
saya belum ahu semuanya tentang hidroponik, jadi saya mo ngikutin terus rubrik ini
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh cepNded Senin, 10 September 2007 12:11:41
iya... saya dan teman2 (Perkumpulan remaja putus sekolah sedang belajar bertani cuma ga mau kotor jadi kami pilih betani sayuran dengan hidroponik)akan mencoba membuat plot percobaan untuk cabe tomat dan seledri.medianya pasir dan arang sekam lalu nutrisinya akan menggunakan NPK 15 15 15 dengan dosis 2 gram/liter.kami mengharapkan bantuan informasi mengenai tata cara bertanam sayuran secara hidroponik.trim's
Re: cara bertanamhidroponik
Oleh damihano Kamis, 06 Desember 2007 20:42:45
Sy juga baru dalam bidang ini, tapi sejak dulu mencari buku lokal yg berisi informasi yg cukup dan bagus mengenai hidroponik, tidak ada yg jelas dan detail, semua buku lokal cuma isinya cerita saja, segi teknisnya mentah. Lalu saya coba browsing di web, dan saya menemukan buku yg isinya sesuai keinginan sy,jelas dan lengkap teknisnya. Dalam buku itu secara teknis, diterangkan bagaimana cara pembibitan, cara embuat nutrisi hidroponik, kandungan pH, tentang pencahayaan diulas scr sederhana, cara menghasilkan CO secara sederhana, cara pembuatan infrastruktur sederhana utk berhidroponik, judul bukunya HOW TO HYDROPHONICS by KEITH ROBERTO. Sy ada salinan dlm format PDF. Semoga info ini berguna utk kita semua.
Respon Anda?
Kalau mau tulis respon, silakan login dulu, atau Registrasi
Diskusi Pertanian
Posting Terbaru
. Jual Bibit Gaharu Aquilar...
. Dijual : Anthurium Jemani...
. Budidaya Gurame (JMS) Par...
. Jual Benalu Teh
. Jual Bibit Buah Naga
Respon Terbaru
. Re: Sedia Cupang Adu/Ikan...
. Re: Sedia Cupang Adu/Ikan...
. Re: Jual Bibit Tanaman
. Re: Club Budidaya Belut
. Re: Kematian massal padag...
Iklan Baris
Iklan Terbaru
. OBAT MATA PLUS/MINUS/SILINDER/...
. OBAT MAAG KRONIS/HEPATITIS/LIV...
. .:: www.iklandaun.tk ::....
. JENMANI (Biji & Bibit)
. e-messaging server(sms server,...
. Inn Flowers Nursery : Bibitan ...
. ANTHURIUM
. Burgundy Afrika ,Reflexinerviu...
. SIRIH HITAM
. Anthurium Black beauty
© 2007 Trubus
Portal Pertanian & Tanaman Hias Indonesia
Narkotika
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Botol Heroin dari abad ke-19.
Botol Heroin dari abad ke-19.
Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani narkotikos, yang berarti "menggigil". Ditemukan pertama kali berasal dari substansi-substansi yang dapat membantu orang untuk tidur. Di Amerika Serikat, secara legal, narkotika mengacu kepada opium, turunan opium dan senyawa sintetik turunannya. Kokain di Amerika Serikat diklasifikasi sebagai "narkotika" di dalam undang-undang substansi terkontrol secara kimia bukan narkotika.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Pemakaian
* 2 Efek
* 3 Bahaya
* 4 Lihat pula
* 5 Pranala luar
[sunting] Pemakaian
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung secara langsung.
[sunting] Efek
Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah,
Orang yang menggunakan narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun. Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika dapat dilihat dari beberapa hal antara lain :
* 1. anak menjadi pemurung dan penyendiri
* 2. wajah anak pucat dan kuyu
* 3. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar anak
* 4. matanya berair dan tangannya gemetar
* 5. nafasnya tersengal dan susah tidur
* 6. badannya lesu dan selalu gelisah
* 7. anak menjadi mudah tersinggung, marah, suka menantang orang tua
* 8. suka membolos sekolah dengan alasan tidak jelas
[sunting] Bahaya
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
[sunting] Lihat pula
* Narkoba
[sunting] Pranala luar
* (en) Geopium: Geopolitics of Illicit Drugs in Asia
* (en) Pharmer.org
* (en) Photos of cannabis cultivation in Morocco (Rif) on www.geopium.org
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Narkotika"
Kategori:
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Botol Heroin dari abad ke-19.
Botol Heroin dari abad ke-19.
Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani narkotikos, yang berarti "menggigil". Ditemukan pertama kali berasal dari substansi-substansi yang dapat membantu orang untuk tidur. Di Amerika Serikat, secara legal, narkotika mengacu kepada opium, turunan opium dan senyawa sintetik turunannya. Kokain di Amerika Serikat diklasifikasi sebagai "narkotika" di dalam undang-undang substansi terkontrol secara kimia bukan narkotika.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Pemakaian
* 2 Efek
* 3 Bahaya
* 4 Lihat pula
* 5 Pranala luar
[sunting] Pemakaian
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung secara langsung.
[sunting] Efek
Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah,
Orang yang menggunakan narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun. Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika dapat dilihat dari beberapa hal antara lain :
* 1. anak menjadi pemurung dan penyendiri
* 2. wajah anak pucat dan kuyu
* 3. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar anak
* 4. matanya berair dan tangannya gemetar
* 5. nafasnya tersengal dan susah tidur
* 6. badannya lesu dan selalu gelisah
* 7. anak menjadi mudah tersinggung, marah, suka menantang orang tua
* 8. suka membolos sekolah dengan alasan tidak jelas
[sunting] Bahaya
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
[sunting] Lihat pula
* Narkoba
[sunting] Pranala luar
* (en) Geopium: Geopolitics of Illicit Drugs in Asia
* (en) Pharmer.org
* (en) Photos of cannabis cultivation in Morocco (Rif) on www.geopium.org
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Narkotika"
Kategori:
Bahaya Narkotika
Narkotika
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Botol Heroin dari abad ke-19.
Botol Heroin dari abad ke-19.
Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani narkotikos, yang berarti "menggigil". Ditemukan pertama kali berasal dari substansi-substansi yang dapat membantu orang untuk tidur. Di Amerika Serikat, secara legal, narkotika mengacu kepada opium, turunan opium dan senyawa sintetik turunannya. Kokain di Amerika Serikat diklasifikasi sebagai "narkotika" di dalam undang-undang substansi terkontrol secara kimia bukan narkotika.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Pemakaian
* 2 Efek
* 3 Bahaya
* 4 Lihat pula
* 5 Pranala luar
[sunting] Pemakaian
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung secara langsung.
[sunting] Efek
Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah,
Orang yang menggunakan narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun. Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika dapat dilihat dari beberapa hal antara lain :
* 1. anak menjadi pemurung dan penyendiri
* 2. wajah anak pucat dan kuyu
* 3. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar anak
* 4. matanya berair dan tangannya gemetar
* 5. nafasnya tersengal dan susah tidur
* 6. badannya lesu dan selalu gelisah
* 7. anak menjadi mudah tersinggung, marah, suka menantang orang tua
* 8. suka membolos sekolah dengan alasan tidak jelas
[sunting] Bahaya
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
[sunting] Lihat pula
* Narkoba
[sunting] Pranala luar
* (en) Geopium: Geopolitics of Illicit Drugs in Asia
* (en) Pharmer.org
* (en) Photos of cannabis cultivation in Morocco (Rif) on www.geopium.org
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Narkotika"
Kategori:
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: navigasi, cari
Botol Heroin dari abad ke-19.
Botol Heroin dari abad ke-19.
Istilah narkotika berasal dari bahasa Yunani narkotikos, yang berarti "menggigil". Ditemukan pertama kali berasal dari substansi-substansi yang dapat membantu orang untuk tidur. Di Amerika Serikat, secara legal, narkotika mengacu kepada opium, turunan opium dan senyawa sintetik turunannya. Kokain di Amerika Serikat diklasifikasi sebagai "narkotika" di dalam undang-undang substansi terkontrol secara kimia bukan narkotika.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Pemakaian
* 2 Efek
* 3 Bahaya
* 4 Lihat pula
* 5 Pranala luar
[sunting] Pemakaian
Narkotika dapat dipakai dengan berbagai cara. Beberapa dapat dimasukkan lewat mulut dan disuntik. Jenis lainnya dipakai dalam bentuk dihisap seperti rokok dan dihisap melalui hidung secara langsung.
[sunting] Efek
Efek narkoba itu sangat banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah,
Orang yang menggunakan narkoba dapat kecanduan atau ketagihan. Orang tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar dapat memperoleh narkoba kembali, meskipun melalui cara-cara kriminal. Mata orang tersebut akan merah. Bibir mereka menjadi kecoklatan, bahkan daya tahan tubuh mereka akan turun. Ketika daya tahan tubuh mereka turun, mereka mudah sekali terserang poenyakit. Tubuh mereka akan menjadi kurus kering, dan kurang semangat.
Tanda-tanda dini anak yang telah menggunakan narkotika dapat dilihat dari beberapa hal antara lain :
* 1. anak menjadi pemurung dan penyendiri
* 2. wajah anak pucat dan kuyu
* 3. terdapat bau aneh yang tidak biasa di kamar anak
* 4. matanya berair dan tangannya gemetar
* 5. nafasnya tersengal dan susah tidur
* 6. badannya lesu dan selalu gelisah
* 7. anak menjadi mudah tersinggung, marah, suka menantang orang tua
* 8. suka membolos sekolah dengan alasan tidak jelas
[sunting] Bahaya
Diluar bahaya yang ditimbulkan karena kecerobohan atau penggunaan berlebihan, narkotika juga dapat menimbulkan bahaya infeksi, tertular penyakit dan overdosis. Komplikasi ditimbulkan karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril. Hepatitis dan AIDS adalah penyakit yang umum ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril sesama pengguna narkotika.
[sunting] Lihat pula
* Narkoba
[sunting] Pranala luar
* (en) Geopium: Geopolitics of Illicit Drugs in Asia
* (en) Pharmer.org
* (en) Photos of cannabis cultivation in Morocco (Rif) on www.geopium.org
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Narkotika"
Kategori:
Bertanam Secara Hidroponik
AGROBISNIS RSS
Home SAJIAN UTAMA Agrobisnis
Daya Tarik Bertanam Hidroponik
Oct 26, 2007
Di jaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya. Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, dimana hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.
Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekedar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis. Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja paprika, timun mini, tomat, dan sayuran hijau.
Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Ambil saja salah satu contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim.
Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen.
Kemahiran dan pengetahuan dalam bidang pertanian bukalah merupakan syarat utama untuk menjalankan bisnis hidroponik. Karena secara praktik ilmu bisa dipelajari. Salah satu contoh kasus, pemilik Parung Farm. Seperti ditulis dalam websitenya (parungfarm.com), pemilik usaha hidroponik di bawah naungan PT Kebun Sayur Segar ini bukanlah sarjana teknik ataupun sarjana pertanian. Namun karena sangat tertarik dengan teknologi hidroponik ia pun mempelajari berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya secara otodidak dari buku-buku yang yang banyak dijumpai pada toko buku online seperti Amazon.com, berlangganan majalah The Growing Edge serta Aquaponics dari Amerika Serikat, Practical Hydroponics and Greenhouses dari Australia.
Disamping itu pemilik usaha tersebut juga melakukan pencarian informasi terkini dari internet, melakukan korespondensi dengan tenaga ahli dari luar negeri, serta berdiskusi dengan para ahli terkait. Kini hasilnya, produk dengan brand Parung Farm dapat ditemui pada hampir semua supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung.
Harga yang dipatok untuk tanaman hasil teknologi hidroponik yang terbilang mahal, pada umumnya memang bisa ditemui di tempat perbelanjaan seperti supermarket dan hipermarket. Meski bertanam hidroponik membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan bertanam biasa, namun harga jual produk yang mahal dengan pangsa pasar khusus merupakan daya tarik khusus bagi pebisnisnya. (SH)
Page : 1 2 >
Jangan Lewatkan Peluang Budidaya Tanaman Obat!
Dec 14, 2007
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian mencatat bahwa Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap bahan baku dan obat konvensional impor senilai US$160 juta per tahun.
Pasar si Cantik TergantungTren dan Permintaan
Nov 26, 2007
Tak hanya dari pencinta dalam negeri, permintaan akan ikan hias juga datang dari luar negeri. Pebisnis perlu menyesuaikan dengan tren dan permintaan pasar.
Peluang Agribisnis Bekicot
Nov 12, 2007
Selain sebagai bahan menu makanan, bekicot juga dipakai dalam berbagai pengobatan tradisional. Peluang pemasarannya hingga ke luar negeri.
Berbagai Peluang Berternak Itik
Sep 26, 2007
Bisnis budidaya itik memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi jika budidaya dilakukan secara intensif dalam arti tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan sambilan.
Anthurium Sang Primadona
Sep 07, 2007
Jika ditanya kepada para pebisnis tanaman hias, tanaman apa yang paling banyak dicari penggemar saat ini, jawabannya pasti lah Anthurium adreanum.
Menjajal Pembesaran Ikan Berkumis
Aug 24, 2007
Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan, namun untungnya juga lebih menjanjikan. Bisa dipanen dalam waktu 40-50 hari
Budidaya Kambing Perah
Aug 01, 2007
Kambing perah jadi salah satu peluang bisnis menjanjikan.
Bertanam dan Berjualan Jahe Gajah
Jul 17, 2007
Jahe gajah memiliki permintaan terbesar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Agar mendapatkan nilai tambah maksimal, pebisnis harus mengetahui teknik budidaya yang baik sehingga memenuhi standar mutu hasil produksi
Manisnya Beternak Lebah Madu
Jul 04, 2007
Semanis produk yang dihasilkan, beternak lebah madu menjanjikan nilai ekonomi tinggi bagi peternaknya.Syarat untuk berhasil dalam bisnis ini cukup dengan menimba ilmu dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang kehidupan koloni lebah.
Peluang Budidaya Belut
Jun 19, 2007
Pasar lokal hingga luar negeri menanti pasokan belut. Bagi yang serius ingin membudidayakannya, perawatan dan pakan belut terbilang mudah.
Home SAJIAN UTAMA Agrobisnis
Daya Tarik Bertanam Hidroponik
Oct 26, 2007
Di jaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya. Salah satunya adalah bertanam secara hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, dimana hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.
Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekedar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis. Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja paprika, timun mini, tomat, dan sayuran hijau.
Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Ambil saja salah satu contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim.
Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen.
Kemahiran dan pengetahuan dalam bidang pertanian bukalah merupakan syarat utama untuk menjalankan bisnis hidroponik. Karena secara praktik ilmu bisa dipelajari. Salah satu contoh kasus, pemilik Parung Farm. Seperti ditulis dalam websitenya (parungfarm.com), pemilik usaha hidroponik di bawah naungan PT Kebun Sayur Segar ini bukanlah sarjana teknik ataupun sarjana pertanian. Namun karena sangat tertarik dengan teknologi hidroponik ia pun mempelajari berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya secara otodidak dari buku-buku yang yang banyak dijumpai pada toko buku online seperti Amazon.com, berlangganan majalah The Growing Edge serta Aquaponics dari Amerika Serikat, Practical Hydroponics and Greenhouses dari Australia.
Disamping itu pemilik usaha tersebut juga melakukan pencarian informasi terkini dari internet, melakukan korespondensi dengan tenaga ahli dari luar negeri, serta berdiskusi dengan para ahli terkait. Kini hasilnya, produk dengan brand Parung Farm dapat ditemui pada hampir semua supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung.
Harga yang dipatok untuk tanaman hasil teknologi hidroponik yang terbilang mahal, pada umumnya memang bisa ditemui di tempat perbelanjaan seperti supermarket dan hipermarket. Meski bertanam hidroponik membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan bertanam biasa, namun harga jual produk yang mahal dengan pangsa pasar khusus merupakan daya tarik khusus bagi pebisnisnya. (SH)
Page : 1 2 >
Jangan Lewatkan Peluang Budidaya Tanaman Obat!
Dec 14, 2007
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian mencatat bahwa Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap bahan baku dan obat konvensional impor senilai US$160 juta per tahun.
Pasar si Cantik TergantungTren dan Permintaan
Nov 26, 2007
Tak hanya dari pencinta dalam negeri, permintaan akan ikan hias juga datang dari luar negeri. Pebisnis perlu menyesuaikan dengan tren dan permintaan pasar.
Peluang Agribisnis Bekicot
Nov 12, 2007
Selain sebagai bahan menu makanan, bekicot juga dipakai dalam berbagai pengobatan tradisional. Peluang pemasarannya hingga ke luar negeri.
Berbagai Peluang Berternak Itik
Sep 26, 2007
Bisnis budidaya itik memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi jika budidaya dilakukan secara intensif dalam arti tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan sambilan.
Anthurium Sang Primadona
Sep 07, 2007
Jika ditanya kepada para pebisnis tanaman hias, tanaman apa yang paling banyak dicari penggemar saat ini, jawabannya pasti lah Anthurium adreanum.
Menjajal Pembesaran Ikan Berkumis
Aug 24, 2007
Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan, namun untungnya juga lebih menjanjikan. Bisa dipanen dalam waktu 40-50 hari
Budidaya Kambing Perah
Aug 01, 2007
Kambing perah jadi salah satu peluang bisnis menjanjikan.
Bertanam dan Berjualan Jahe Gajah
Jul 17, 2007
Jahe gajah memiliki permintaan terbesar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Agar mendapatkan nilai tambah maksimal, pebisnis harus mengetahui teknik budidaya yang baik sehingga memenuhi standar mutu hasil produksi
Manisnya Beternak Lebah Madu
Jul 04, 2007
Semanis produk yang dihasilkan, beternak lebah madu menjanjikan nilai ekonomi tinggi bagi peternaknya.Syarat untuk berhasil dalam bisnis ini cukup dengan menimba ilmu dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang kehidupan koloni lebah.
Peluang Budidaya Belut
Jun 19, 2007
Pasar lokal hingga luar negeri menanti pasokan belut. Bagi yang serius ingin membudidayakannya, perawatan dan pakan belut terbilang mudah.
Kebun Raya Cibodas
Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Kebun Raya Cibodas
Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Kebun Raya Cibodas
Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Kebun Raya Cibodas
Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Kebun Raya Cibodas
Lebih dari Sekadar Taman Rekreasi
Istimewa
Salah satu sudut di Kebun Raya Cibodas (atas).
Cianjur – Menyebut Cibodas, pikiran akan melayang pada bayangan daerah hijau bergelombang dengan latar dua puncak gunung. Cibodas memang adalah salah satu daerah tujuan wisata.
Sepanjang waktu, terlebih di musim libur, daerah ini selalu ramai dikunjungi, khususnya Kebun Raya Cibodas (KRC) yang legendaris itu. Sayang, kebun ini baru dianggap sebagai taman rekreasi, bukan sebagai tempat koleksi flora pegunungan terlengkap, dan juga bukan sebagai kebun penelitian.
Jika ditangani secara sungguh-sungguh bukan tidak mungkin wisata arkeologi akan mendapat tempat di dunia pariwisata. Selama ini wisata arkeologi agaknya hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Padahal sebenarnya peninggalan-peninggalan arkeologi di Indonesia sangat banyak jumlah dan ragamnya.
Di musim libur, karpet hijau KRC nyaris tertutup oleh alas pengunjung. Dari catatan pengelola, setiap tahun KRC dikunjungi tidak kurang dari satu juta orang. Hanya lima persen saja pengunjung yang tercatat dari mancanegara.
Sudah jadi kebiasaan, pengunjung negeri sendiri gemar sekali berleha-leha di bawah pohon tinggi dengan beralaskan tikar. Malah, ada yang datang hanya untuk menikmati udara segar sambil makan bekal bersama keluarga. Habis itu leha-leha di bawah pohon nan rindang.
Kenyataan ini diakui Ir. Holif Immamudin, Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan KRC. ”Memang pengunjung yang peduli dengan informasi tumbuhan dan kebun jumlahnya tak sampai sepuluh persen.”
Perlu Dana
Anggapan hanya sebatas taman rekreasi tentu tak menguntungkan KRC. Padahal, sebagai balai konservasi tumbuhan KRC berpotensi mengembangkan ”jualannya”. Beragam obyek wisata yang dimiliki bisa didorong jadi primadona kawasan. Kalau lancar, dana yang terkumpul bisa menambal kas KRC. Kata Holif, dana rutin sebesar 2,4 milyar rupiah per bulan dirasakan terlalu minim untuk mengelola kebun seluas 125 hektare ini.
Belanja bulanan sudah habis sekitar 1,7 milyar rupiah, termasuk bayar listrik dan telepon sekitar 8 jutaan. Sisanya dialokasikan untuk menutup ongkos perawatan dan pemeliharaan kebun. ”Nah, bisa dibayangkan, mana cukup uang segitu buat merawat kebun,” timpal Didin Ahmad Nurdin, Kasubag Tata Usaha KRC.
Meski terasa kurang, Holif dan Didin masih punya harapan dalam mengelola kebun konservasi ini. Terlebih sejak tahun lalu status KRC telah naik jabatan, dari eselon IV ke eselon III. Alhasil, bila sebelumnya cabang balai saat ini menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan lewat SK Kepala LIPI No. 1017/M/2002. ”Adanya perubahan ini membuat kami jadi lebih mandiri.”
Untuk membuktikan ”kehebatan” KRC Didin dan Holif mengajak berkeliling sejumlah wartawan Ibu Kota beberapa waktu lalu. Awal perjalanan dimulai dengan melihat rumah bertingkat yang sudah dibangun dari zaman Belanda. Pada masa itu, rumah ini dipakai sebagai rumah administratur kebun.
Rumah ini disewakan kepada pengunjung yang tertarik menginap. Harganya, 800.000 perak dengan fasilitas, lima kamar, tv, water heater dan lainnya. Sedang untuk ransum, dipungut 35.000 per orang, makan ”berat” tiga kali dan kudapan dua kali.
Bunga Bangkai
Puas melongok bangunan yang pernah direnovasi pada 1946 -1947 ini, kami berjalan menuju tanaman Amorphophallus titanum. Sebagian wartawan memang sudah begitu ngebet pengen melihat tanaman langka ini. Apalagi Holif sudah banyak cerita kalau bunga tanaman ini akan mekar dalam waktu beberapa hari.
Amorphophallus titanum koleksi kebun yang baru saja berulang tahun ke 151 pada 11 April lalu, didapat dari eksplorasi di Danau Gunung Tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Tanaman ini diambil pada ketinggian 1450 meter dpl pada 9 Juni 2000. Dan ditanam pertama kali dalam bentuk umbi di Cibodas pada 26 Juni 2000.
Rencana ke depan, Holif dan kawan-kawan akan membangun taman khusus untuk Amorphophallus. Lokasinya sudah disiapkan, tak seberapa jauh dari rumah bertingkat. Ini yang bakal jadi primadona berikut KRC. ”Kakak” nya, Kebun Raya Bogor (KRB), saja tak punya kebun sejenis.
”Kami ingin taman khusus ini jadi point of interest dari wisatawan. Tentunya dikembangkan dengan basis konservasi yang dipadukan dengan nilai estetikanya,” jelas Holif. Selain taman Amorphophallus, juga akan dibangun taman Rhododendron, taman Medinilla, taman Sakura dan Sakura Avenue.
Rumah Kaca
Tujuan wisata berikutnya rumah kaca. Ada lima buah rumah kaca yang bisa ditemui, kaktus, sukulen, anggrek, penjualan tanaman dan persemaian. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe.
Paling asyik melihat-lihat rumah kaca anggrek. Jangan bandingkan rumah koleksi anggrek Cibodas dengan rumah sejenis di KRB. Teknologinya memang jauh tertinggal. Tapi tidak untuk koleksinya. Anggrek yang ada di KRC, hampir semuanya berasal dari alam. Hanya ada sebagian kecil yang dihasilkan dari persilangan. Bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca.
Koleksi anggrek yang dimiliki mencakup jenis epifit (menempel di pohon) dan terestrial (hidup di atas tanah). Tarman Jodi, petugas pemelihara anggrek dengan bangga menunjukkan beberapa koleksi spesial, seperti Phalaenopsis amabilis (Maluku), Goelogyne panderata (Kalimantan), Paphiopedilum yogyae, Paphiopedilum javanicum, Dendrobium flox (Habema, Papua) dan Epigenium triflorum (Jambi).
”Tapi kenapa ya nggak banyak yang berbunga,” keluh salah seorang ibu. Soal itu, Tarman menjelaskan dengan sabar. Alasannya, anggrek koleksi KRC merupakan jenis asli dari alam, tentu dibutuhkan penanganan secara khusus. Lagipula masa berbunga anggrek alam tak pernah berbarengan dan tak terlampau sering ketimbang jenis hibrida.
Jalan-jalan keliling KRC ini sebetulnya bisa jadi paket jualan yang menarik. Dikemas dengan unsur pendidikan lingkungan yang kental dan bumbu permainan tentu pengunjung pun akan tertarik. Kreativitas memang jadi tuntutan. ”Kami sudah melakukan itu, namanya Repling, singkatan dari Rute Pendidikan Lingkungan. Tapi pesertanya masih terbatas dari siswa sekolah,” sebut Holif. (SH/bayu dwi mardana)
Copyright © Sinar Harapan 2003
Langganan:
Postingan (Atom)