1. Hiap Chuan

    www.steel.sg/Steel-Stockist
    We Provide Wide Range Of Steel
    Products. Call +65 6862 2421 Now!

24 Januari 2010

www.tabloidnova.com

Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT

Best view with IE 5.5 & Netscape Navigator 6.1 or higher.
Kulit kacang yang sudah menjadi bubuk arang tadi kemudian dicampur dengan sejenis perekat sehinga menjadi sebuah adonan siap cetak/press. “Saya memakai lem dari kanji, tapi bisa juga menggunakan sisa pembuatan gula tebu. Lebih murah,” lanjutnya. Perbandingan antara kanji dan arang kulit kacang harus pas untuk mendapatkan kepadatan yang tepat. “Perbandingannya 1 kanji dan 10 bubuk kulit kacang tanah. Airnya juga dengan perbandingan 1 kanji 10 air panas. Kalau terlalu cair, hasilnya kurang padat,” tutur jebolan sebuah STM jurusan Mesin ini bersemangat.

KLIK - Detail Proses berikutnya adalah mencetak adonan tadi dengan alat cetak (press). Bentuk briket kulit kacang tanah ini silinder dengan diameter 1,5 cm dan panjang 10 cm. Setelah dicetak dan di-press, potongan-potongan briket ini kemudian dijemur selama sekitar 16 jam di bawah panas matahari. “Kalau enggak ada panas matahari, bisa juga diangin-anginkan atau ditumpangin di atas kiln metal. Prosesnya memang lebih lama, bisa 2 kali proses pengeringan dengan panas matahari,” kata Gun yang menjual briket kacang tanahnya seharga Rp 2500 per kilo. “Satu potong briket mampu menyala sekitar 30 menit. Sekilo isinya 20-25 potong briket dan mampu tahan menyala hingga 4 jam.”

NYARIS TANPA MODAL
Sebagai tungkunya, digunakan tungku batubara. Harganya sekitar Rp 40 ribu. “Sebelumnya pernah mencoba pakai anglo, tapi ternyata lebih boros. Soalnya, udara bebas keluar masuk anglo dan bara briket menyala dari bagian bawah ke atas, sehingga briket cepat habis. Kalau pakai tungku batubara, nyala bara dari atas ke bawah. Tungku juga tertutup sehingga tidak ada angin yang keluar-masuk,” lanjut Gun.

KLIK - Detail Proses penyalaan briket dimulai dengan menumpuk potongan briket ke dalam tungku batubara. “Setelah itu, satu potong briket dinyalakan, kemudian tungku atas ditutup dengan semacam cerobong yang berfungsi sebagai kipas.” Tunggu sekitar 15 menit hingga briket menjadi bara. “Setelah itu siap dipakai buat memasak. Kalau sudah tidak digunakan, bisa dimatikan dengan menyiramnya dengan air, atau diamkan saja. Nanti akan mati sendiri, kok. Briket ini juga aman dari polusi udara, karena tidak mengeluarkan asap,” kata pria asli Bantul yang optimis usaha briket kulit kacang tanahnya bisa berkembang.

Ya, berkat kejeliannya, keuntungan ganda memang ia peroleh. Selain mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah, briket kulit kacang tanah juga menghasilkan uang. Ia juga nyaris tidak mengeluarkan modal untuk membuat briket kulit kacang. “Saya hanya keluar Rp 500 ribu utuk membuat alat cetak/press-nya. Sekarang sedang pesan alat cetak yang lebih besar kapasitasnya. Sekali press bisa menghasilkan beberapa potong briket,” kata pria yang selain berdagang kacang tanah juga bolak-baik Yogyakarta - Banyuwangi berjualan jamu dan alat pertanian.

Yang jelas, Gunarto patut berbangga. Pasalnya, briket kulit kacang buatannya kini sudah mulai digunakan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya di Plebengan, Bantul. Selain itu, ia juga mengirim briket ke Banyuwangi dan Surabaya. “Kendala yang paling besar adalah soal pemasaran,” ujarnya.



Hasto Prianggoro
FOTO-FOTO: Hasto Prianggoro
| kembali ke atas | print artikel ini | kirim artikel ini
Artikel Lain:

• Reuni Dude Harlino-Naysilla Mirdad
• Kirana Larasati
• Akhirnya Datang Juga
• Lanjutan Kasus Mayat dalam Koper
• TUR KE YOGYA BERSAMA KLUB NOVA
• Demo NOVA di Surabaya
• Cut Yetti Dituduh Gelapkan Ratusan Mobil
• Love Laris yang Laris Manis



Copyright © 2001 www.tabloidnova.com
All rights reserved.