Ketersediaan Lahan
Secara administrasi propinsi Jawa Tengah terbagi atas 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebesar 3.25 juta hektar atau sekitar 25.04 persen luas pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari dari 996 ribu hektar (30,60 %) lahan sawah dan 2.26 juta hektar (69.40 %) bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya luas lahan sawah tahun 2005 menurun sebesar 0,02 persen, sebaliknya luas bukan lahan sawah meningkat sebesar 0,01 persen.
Menurut penggunaannya sebagian besar lahan sawah digunakan sebagi lahan sawah berpengairan teknis (38,93 %), selainnya berpengairan setengah teknis, sederhana, tadah hujan dan lain - lain. Dengan menggunakan teknik pengairan irigasi yang baik potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 70,28 persen.
Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk tegal/ kebun/lading/huma sebesar 33,33 persen dari total bukan lahan sawah. Proesentase tersebut merupakan yang terbesar , dibandingkan prosentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.
Berdasarkan luas daerah tiap kabupaten/kotamadya di Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap memiliki luas daerah tertinggi yaitu sebesar 6,57 persen dari luas total Propinsi Jawa Tengah, setelah itu diikuti oleh Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Wonogiri, masing-masing memiliki luas sebesar 6,07 persen dan 5,60 persen dari luas total. Semarang sebagai ibukota propinsi hanya memiliki luas 1,15 persen dari luas total Propinsi Jawa Tengah.
Di Kabupaten Cilacap pola penggunaan lahan didominasi oleh lahan sawah (30,06 persen) sisanya merupakan lahan kering yang digunakan untuk pekarangan (16,34 %), tegalan/kebun (28,18 %), perkebunan (5,74 %) dan lainnya merupakan ladang, penggembalaan, rawa-rawa, kolam dan lain-lain. Kabupaten Grobogan sebagai kabupaten terluas kedua di propinsi Jawa Tengah memiliki luas lahan sawah sebesar 30,77 persen, sisanya merupakan lahan kering yang didominasi oleh kebun/tegal (15,86 %) dan pekarangan (14,21 %). Kodya Semarang sebagai ibukota propinsi hanya memiliki lahan sawah sebesar (10,81 %), sedangkan lahan kering banyak digunakan untuk pekarangan (34,56 %) dan tegal/kebun (25,60 %).
GAMBARAN SINGKAT TENTANG SITUASI PANGAN DI JAWA TENGAH
Ditinjau dari volume pangan, baik yang berupa padi, jagung, palawija, umbi-umbian, hortikultura, peternakan dan perikanan, sebenarnya Jawa Tengah tidak perlu kawatir menghadapi ancaman kekurangan pangan. Tetapi, kekawatiran yang berkaitan dengan komoditas pangan akan muncul apabila berkaitan dengan :
Peningkatan produksi untuk meningkatkan kontribusi Jawa Tengah terhadap Ketahanan Pangan Nasional.
Pemahaman tentang kebutuhan pangan nasional (dan juga Jawa Tengah) yang masih terpusat pada penyediaan "BERAS" sebagai satu satunya sumber pangan karbohidrat.
Ketidakmampuan sebagian warga masyarakat golongan bawah, termasuk petani, dalam menghadapi gejolak kenaikan harga beras pada waktu-waktu tertentu.
Fluktuasi harga beras yang diderita petani sebagai produsen, terutama kemrosotan harga gabah pada saat panen raya.
Lemahnya koordinasi antar stekeholders yang terkait dalam sistem pengadaan dan pemasaran pangan, maupun sub-sistem agrobosnis komoditas pangan yang lain.
NILAI TUKAR PETANI (NTP)
NTP merupakan suatu nilai (ukuran) antara indeks harga yang diterima Petani (IT) dengan Indeks harga yang dibayarkan oleh petani (IB). NTP adalah indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, apabila NTP > 100 artinya tingkat kesejahteraan petani dan daya belinya lebih baik dibanding tahun dasar.
NTP Jawa Tengah pada tahun 1995 s/d 2006 menunjukkan angka yang tidak tetap dari lebih 100 pada tahun 1995 dan mengalami penurunan pada tahun 2003 s/d 2005 ini disebabkan karena BPS dari bulan Juni 2004 sampai sekarang menggunakan metode panghitungan baru sedangkan sampai dengan bulan Mei 2004 masih menggunakan metode penghitungan lama, NTP Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :
Periode Tahun
Jawa Tengah
1995
114.662
1996
108.510
1997
106.625
1998
131.187
1999
118.636
2000
104.614
2001
105.068
2002
104.669
2003
98.492
2004
92.195
2005
93,94
2006
102,71
Jan 2007
106,44
*) Angka Sampai Januari 2007
POTENSI PENYEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH DARI SERILEA DAN UMBI-UMBIAN
PADI Merupakan bahan makanan pokok yang kebutuhannya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Produksi Padi Propinsi Jawa Tengah tahun 2006 sebesar 8.729.291 ton gabah kering giling. luas lahan mencapai lebih dari 1 juta hektar dengan intensitas tanaman rata-rata melampoi 200%.
JAGUNG Pada tahun 2006, luas panen jagung di Jawa Tengah tercatat 596.303 Ha, dengan produksi 2.856.023 ton. Sentra produksi jagung adalah di Kabupaten Grobogan, Wonogiri dan Blora. Untuk pengembangan produk olahandiantaranya berupa tepung tepung maizena, minyak jagung, marning, pop corn, corn flake, industri pakan ternak dan ethanol. Pengembangan investasi masih sangat terbuka untuk perbanyakan benih jagung, budidaya, pengolahan dan pemasaran. Pada tahun 2007 direncanakan akan dibangun Silo Jagung di Kabupaten Blora, Grobogan, Sukoharjo dan Batang.
KEDELAI Propinsi Jawa Tengah dikenal sebagai produsen dan konsumen tahu dan tempe terbesar di Indonesia, tidak heran bila kebutuhan kedelai sebagai bahan baku kedua produk tersebut masih sangat tinggi dan belum mampu dipenuhi oleh produksi kedelai para petani Jawa Tengah, pada tahun 2006 Produksi Kedele hanya mencapai 132.261 Ton. Nilai Return On Investment (ROI) tanaman kedelai mencapai 84,8 %. Angka tertinggi dibandingkan lainnya seperti padi dan jagung. Sentra produksi kedelai terdapat di Kabupaten Wonogiri, Blora dan Demak.
UBI KAYU di Jawa Tengah pada tahun 2006 produksinya mencapai 3.553.820 Ha/Th, dengan luas panen mencapai 210.983 Ha . Produsen Ubi kayu terbesar adalah kabupaten Wonogiri diikuti Banjarnegara, Banyumas dan Pati.