1. Hiap Chuan

    www.steel.sg/Steel-Stockist
    We Provide Wide Range Of Steel
    Products. Call +65 6862 2421 Now!

07 Desember 2010

Electricity industry: towards market-oriented mechanism

Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT
“Establishing and putting into operation a competitive electricity generation market will help create a healthy environment for power companies involved in electricity generation, transmission and distribution. This is also a major reform in the electricity industry, directing it to better development,” said Mr Do Huu Hao, Deputy Minister of Industry and Trade at the seminar “Vietnam Competitive Generation Market” which recently took place in Hanoi.

Electricity price will change periodically

According to the roadmap announced by Electricity Regulatory Authority of Vietnam (ERAV) under the Ministry of Industry and Trade (MoIT), the competitive electricity market will be divided according to three grades: Grade 1: 2005 – 2014 is the formation period for the competitive electricity market model; grade 2: in 2015 – 2022 period, the competitive wholesale market will be established and grade 3: the competitive retail selling is planned to be set up after 2022. The ERAV assessment shows that the average electricity price of Vietnam falls around 5.3 cents/kWh, much lower than that of other regional countries.

In addition, Vietnam currently has only one retail price rate, being unable to analyze the specific cost of transmission and distribution in the rate and therefore, fails to distinguish each stage to attract investment. As such, according to Circular 18/2010/TT- BCT recently issued by the MoIT, all the factories with capacity exceeding 30 MW have to participate in the competitive electricity generation market. When this market operates, power generating factories will have to compete against each other, quoting the price in a frame. The factory with lowest price quoted will be prioritized. The Systems and Market Operator is responsible for identifying and announcing a floor price and ceiling price of power generation of each type of power and forecasting additional charges. The price regulating mechanism is also proposed to be changed.

Power price will be considered and adjusted according to fluctuations of factors forming price, guaranteeing accurate and timely reflection of input materials for power manufacturing and trading.

Specifically, the power selling price will be divided into four phases, including generation, transmission, distribution and supportive monitoring. Annually, the ERAV will establish a basic electricity price which ensures capital recovery for each phase. The price mechanism will be reviewed on a quarterly basis, according to changes in the price of input materials.

However, so as to limit continual changes to electricity price, the ERAV proposes that when the price difference is below a regulated level, change will not be made to the price on quarterly basis. “When the competitive market is operated, power price will be changed hourly or daily, but transmission and distribution price will depend on regulation mechanism. With the current price structure, the input price – price to generate power – accounts for 70 percentage of power price, so even a small change in input price will also lead to an increase in output price,” said Pham Manh Thang, Head of ERAV.

Restructuring EVN

In fact, in 2008, the MoIT submitted the electricity restructuring project to the Government and proposed separating electricity generation from EVN to establish some general electricity generation companies, and separate the Power Trading Company from EVN, leaving EVN only responsible for transmitting, distributing, buying, selling and running some hydroelectric plants of the State. However, at the moment, the Government has not received any instructions on this. “Restructuring EVN appropriately is of great importance and is not easy at all. If buyers, sellers and operators share the same ‘mother’ like now, the electricity industry will face difficulty,” maintains Mr Thang.

The ERAV proposes piloting the competitive power generation market around quarter II of 2010 before putting it into official operation at the end of 2011. So far, preparation for this market has been basically completed despite many obstacles. The biggest challenge, according to Deputy Minister of Trade and Industry, Mr Do Huu Hao, lies in the fact that the mobilized output capacity of the system is required to have a standby source of 20-30 percent, so that enterprises have to try to lower their price in case the mobilization is not successful. “Vietnam has not met this demand due to power shortage caused by drought and failure of plants. However, the total capacity of Vietnam’s electricity industry has nearly reached 20,000 MW while actual demand is 17,000 MW, which means an excess of 3,000 MW. The application of a competitive market is still feasible. As difficult as it is, endeavours still have to be made,” says Mr Hao. – VCCI

Log in / Register

Copyright © 2008 - 2010 Vietnam Business News. All Rights Reserved.

23 April 2010

Industri Estate

Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT

TKTD PT Krakatau Industri Estate Cilegon

Direktur Utama PT Krakatau Industri Estate Cilegon (KIEC) Iwandono, ingin bersama-sama pahami TKTD.

Pemahaman penanggulangan bahaya bencana dan kecelakaan industri dinilainya penting untuk meminimalisasi kerugian industri. “Sebagai bentuk nyata dalam penanggulangan bencana industri, kami telah membentuk Tim Koordinasi Tanggap Darurat (TKTD) PT KIEC.

TKPD itu juga sudah dibentuk beberapa pelaku industri di Cilegon,” kata Iwandono usai menggelar Simulasi Tanggap Darurat Kecelakaan Lalu Lintas Truk Pembawa Bahan Kimia, di kawasan Tol Cilegon Barat, Rabu (23/12).

Melalui simulasi tersebut, diharapkan terbentuknya prosedur tanggap darurat yang efektif dalam penanggulangan kecelakaan di kawasan industri Kota Cilegon.

Hal lain yang ingin dicapai dari simulasi ini adalah melatih kesiagaan dan komunikasi yang efektif dan efisien antar-pihak terkait dalam melakukan tanggap darurat keadaan bencana industri.

“Kegiatan ini juga bertujuan memberi pengetahuan kepada masyarakat, sehingga dapat melakukan penyelamatan dari bencana industri bahan kimia berbahaya. Dalam simulasi ini juga kami mengevaluasi kondisi jalan-jalan umum yang dilalui pengangkut bahan kimia berbahaya, sehingga dapat meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan,” ungkapnya.

Dalam simulasi tersebut digambarkan, sebuah truk bermuatan bahan kimia styrene mengalami kecelakaan di kawasan pintu tol Cilegon Barat. Akibatnya, tangki truk meledak karena bertabrakan dengan truk lainnya. Kecelakaan menimbulkan reaksi kimia berbahaya jika dihirup manusia.

Dengan prosedur tanggap darurat, pihak perusahaan berkoordinasi dengan instansi pemerintahan segera mengatasi reaksi kimia yang muncul akibat kecelakaan. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kapolda Banten Brigjen Pol Rumiah Kartoredjo, Sekda Cilegon Edi Ariadi, sejumlah pelaku industri, unsur Muspida Pemprov Banten.

@opan, sumber radarbanten.com
Berita Lain

* Tunggu Eksaminasi
* 10 Mitos Menyesatkan Soal Makanan
* Jejak dan Eksistensi Tari Pendet
* Z. Zaelani K, S.Ag, MM. Tokoh Betawi Yang Suka Mengabdi
* Meski Krisis, Perekonomian Banten Tumbuh Moderat

24 Januari 2010

www.tabloidnova.com

Anugrah yang luar yang diberikan oleh Alloh SWT

Best view with IE 5.5 & Netscape Navigator 6.1 or higher.
Kulit kacang yang sudah menjadi bubuk arang tadi kemudian dicampur dengan sejenis perekat sehinga menjadi sebuah adonan siap cetak/press. “Saya memakai lem dari kanji, tapi bisa juga menggunakan sisa pembuatan gula tebu. Lebih murah,” lanjutnya. Perbandingan antara kanji dan arang kulit kacang harus pas untuk mendapatkan kepadatan yang tepat. “Perbandingannya 1 kanji dan 10 bubuk kulit kacang tanah. Airnya juga dengan perbandingan 1 kanji 10 air panas. Kalau terlalu cair, hasilnya kurang padat,” tutur jebolan sebuah STM jurusan Mesin ini bersemangat.

KLIK - Detail Proses berikutnya adalah mencetak adonan tadi dengan alat cetak (press). Bentuk briket kulit kacang tanah ini silinder dengan diameter 1,5 cm dan panjang 10 cm. Setelah dicetak dan di-press, potongan-potongan briket ini kemudian dijemur selama sekitar 16 jam di bawah panas matahari. “Kalau enggak ada panas matahari, bisa juga diangin-anginkan atau ditumpangin di atas kiln metal. Prosesnya memang lebih lama, bisa 2 kali proses pengeringan dengan panas matahari,” kata Gun yang menjual briket kacang tanahnya seharga Rp 2500 per kilo. “Satu potong briket mampu menyala sekitar 30 menit. Sekilo isinya 20-25 potong briket dan mampu tahan menyala hingga 4 jam.”

NYARIS TANPA MODAL
Sebagai tungkunya, digunakan tungku batubara. Harganya sekitar Rp 40 ribu. “Sebelumnya pernah mencoba pakai anglo, tapi ternyata lebih boros. Soalnya, udara bebas keluar masuk anglo dan bara briket menyala dari bagian bawah ke atas, sehingga briket cepat habis. Kalau pakai tungku batubara, nyala bara dari atas ke bawah. Tungku juga tertutup sehingga tidak ada angin yang keluar-masuk,” lanjut Gun.

KLIK - Detail Proses penyalaan briket dimulai dengan menumpuk potongan briket ke dalam tungku batubara. “Setelah itu, satu potong briket dinyalakan, kemudian tungku atas ditutup dengan semacam cerobong yang berfungsi sebagai kipas.” Tunggu sekitar 15 menit hingga briket menjadi bara. “Setelah itu siap dipakai buat memasak. Kalau sudah tidak digunakan, bisa dimatikan dengan menyiramnya dengan air, atau diamkan saja. Nanti akan mati sendiri, kok. Briket ini juga aman dari polusi udara, karena tidak mengeluarkan asap,” kata pria asli Bantul yang optimis usaha briket kulit kacang tanahnya bisa berkembang.

Ya, berkat kejeliannya, keuntungan ganda memang ia peroleh. Selain mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah, briket kulit kacang tanah juga menghasilkan uang. Ia juga nyaris tidak mengeluarkan modal untuk membuat briket kulit kacang. “Saya hanya keluar Rp 500 ribu utuk membuat alat cetak/press-nya. Sekarang sedang pesan alat cetak yang lebih besar kapasitasnya. Sekali press bisa menghasilkan beberapa potong briket,” kata pria yang selain berdagang kacang tanah juga bolak-baik Yogyakarta - Banyuwangi berjualan jamu dan alat pertanian.

Yang jelas, Gunarto patut berbangga. Pasalnya, briket kulit kacang buatannya kini sudah mulai digunakan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya di Plebengan, Bantul. Selain itu, ia juga mengirim briket ke Banyuwangi dan Surabaya. “Kendala yang paling besar adalah soal pemasaran,” ujarnya.



Hasto Prianggoro
FOTO-FOTO: Hasto Prianggoro
| kembali ke atas | print artikel ini | kirim artikel ini
Artikel Lain:

• Reuni Dude Harlino-Naysilla Mirdad
• Kirana Larasati
• Akhirnya Datang Juga
• Lanjutan Kasus Mayat dalam Koper
• TUR KE YOGYA BERSAMA KLUB NOVA
• Demo NOVA di Surabaya
• Cut Yetti Dituduh Gelapkan Ratusan Mobil
• Love Laris yang Laris Manis



Copyright © 2001 www.tabloidnova.com
All rights reserved.